‹•.•›Selesai sudah‹•.•›

22.7K 991 18
                                        

Jangan sider! Vote diawal atau diakhir chapter.

.
.

GITA masuk ke dalam rumah dengan dua kantong plastik besar dikedua tangannya, dia melihat Gadi dan Gibran sedang makan di ruang makan.

Tanpa menyapa, Gita berjalan saja menuju lantai 2.

Gadi yang merasakan kehadiran Maminya sontak menoleh. "Mam, papi sakit." lapornya.

Langkah Gita terhenti, dia menoleh dengan tatapan bertanya, perasaan saat dia pergi tadi pagi tuh Doni gak papa, terus kenapa malah sakit?

"Sakit apa? Dimana Papi kamu?" tanya Gita beruntun.

Gadi menelan nasi ayam dimulutnya dulu baru menjawab. "Papi di kamar, gatau sakit apa Mi, kata Papi dadanya sesek terus si Dio juga sakit, manggilin Mami terus." jelas Gadi panjang.

Gita berdecak seketika, dia berlari pelan menaiki tangga guna menemui Doni.

Setelah sampai, dia langsung berjalan mendekati kamar mereka bersama, dibukanya pintu ber cat coklat gelap itu perlahan.

Memperlihatkan Doni yang tertidur di tengah kasur, napasnya nampak sulit diraih.

"Don, healer kamu dimana?" tanya Gita sembari mencari di lemari obat.

Doni yang tadinya merem-merem gajelas langsung buka mata. "D-di laci lemari.." lirihnya sesak.

Gita berjalan menuju lemari pakaian dan membukanya, lalu menarik laci baris ke 3 dan mengambil healernya.

Doni punya panick attack, kata Dokter itu dipicu pikiran buruk yang membuat kerja jantung semakin cepat dan paru-paru memproses oksigen lebih cepat dari biasanya.

Perlahan Gita membantu Doni bangun dan memberikan healernya.

"Kalau tau sesak, siapin healer di nakas." tegur Gita sembari menyeka keringat di dahi Doni.

Doni yang mulai bisa bernapas normal hanya menatap Gita sendu, dia menggenggam tangan Gita erat dan meyakinkan diri kalau Gita tuh gak selingkuh.

Setelah selesai, Doni meletakan healernya di nakas.

"Udah ya-"

"Jangan pergi.." lirihan pilu itu membuat Gita tak jadi beranjak, Doni memeluknya erat dan menyamankan diri diceruk leher Gita.

Gita diam sejenak, namun membalas pelukan Doni kemudian.

"Aku gak pergi." jawab Gita.

Doni menggeleng pelan.

"Boong..hiks..Gita tadi pergi sama cowok lain..hiks..Gita selingkuhi Doni?..hiks..maaf kalau salah Doni banyak tapi jangan gini..hiks.." Gita terdiam.

Heran, siapa yang selingkuh sih?

"Siapa yang selingkuh?" tanya Gita heran.

"K-kamu..hiks.."

"Enggak tuh."

"Tadi..hiks..Gibran sama Gadi ngeliat kamu sama cowok lain..hiks.."

Gita memutar memorinya sejenak, lalu ber oh ria. "Ah, itu karyawan aku yang kerja di Restoran cabang 1, mana mungkin aku selingkuh ama dia. Wong dia masih 20 tahun." omel Gita.

Doni yang mendengar lantas bisa bernapas lega, yah setidaknya Gita gak selingkuh darinya.

Setelah selesai dengan Doni, kini Gita harus mengurus Dio yang tangisannya tak berhenti sejak 1 jam yang lalu.

Gita heran sih, kenapa anggota keluarganya secengeng ini, mengherankan sekali ya bunda-bunda.

"Amiiiiw..hiks..amiw sayang Dio kan?..hiks..Amiw gak bakal jual Dio kan? Iya kan?"

"Hemm."

"Hiks..HUAAAAAAAA AMIW MASIH MARAAAAAH!"

"Enggak, amiw gak marah." Gita memelul Dio erat dan menenangkan Dio agar berhenti menangis.

Tatapan penuh keirian terasa jelas dari arah Gadi dan Gibran, mereka berdua lagi kekurangan kasih sayang dari Mami.

Memang, dasar perebut mami orang.
























No pelakor-pelakor yauw.

Preman Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang