‹•.•›PM Extra 3 <•.•›

37.2K 4.2K 208
                                    

Jadi kayak biasa, kalau cerita baru sepi auto unpub hehe, jadi bagi kalian yang ngarep baca pas udah 30 chapter, jangan terlalu berharap.

Bisa aja ceritanya malah di unpub hahahah.

Met baca, jan lupa vote dan komen😾
.
.

15 TAHUN KEMUDIAN.

Gadi, Dio dan Gibran sudah memasuki kelas 11 di SMA yang dulu menjadi sekolah tempat Papi dan Maminya belajar.

Gibran langsung turun dari mobilnya dan berlari masuk ke dalam rumah, dia kangen sama maminya, mau meluk mami.

Sementara Gadi dan Dio hanya menggeleng pelan, kemanjaan Gibran gak hilang-hilang sampai dia dewasa.

"Manja bener saudara lo bang." cetus Dio.

"Dia saudara lo juga ya Dio, jangan sampe lo gue slepet." ketus Gadi.

Dio terkekeh pelan, dia merangkul bahu abangnya dan mengikuti langkah Gibran masuk ke dalam rumah.

"Mamiiiiiii, Gibran laper miiii." tak ada sahutan, rumah terasa sepi sekali saat ini.

Gibran jadi takut, dimana Maminya? Gibran gabisa kalau gak lihat maminya.

"MAMIIIIIIIIIIII!!" jeritnya histeris dan menggema ke seluruh rumah, masih tak ada sahutan. Mata Gibran sudah berkaca-kaca ditambah hidung yang memerah.

Tangannya berkeringat dan gemetar.

"Mamiii..hiks..mami manaaaa!!..hiks..HUAAAAAAA MAMIIIIIIIIII." kan, nangis.

Gadi dengan cepat memeluk Gibran dan menenangkannya agar berhenti menangis. "Tenang Ran, jangan nangis terus nanti sesak." Gibran punya penyakit Asma.

Dia gaboleh nangis terlalu lama nanti sesak. "M-mami mana baaang..hiks..mamii ilaaaaaaang huaaaaaaaaa.." Dio menggeleng pelan.

Pasti maminya lagi jemur baju dilantai 3, dan gak dengar teriakan cetar milik saudaranya.

Gadi masih sibuk menggendong dan menenangkan tangisan Gibran, sementara Dio melangkah menuju lantai 3 guna memanggil maminya.

"Mamiiiii..hiks..huaaaaa mamiiiiii."

Masih nangis aja tuh bocah, memang diantara mereka bertiga, memang Gibran lah yang sangat-amat-rentan.

Dalam kata lain, Gibran ini paling lemah, mudah sakit, gampang nangis, cengeng, hatinya selembut sutra, tapi dia yang paling baik.

Gibran tak pernah bermasalah, Gibran sangat menyayangi Gita bahkan Gibran akan menangis hanya melihat Gita tidur saja.

Dia takut, jika suatu hari maminya itu tak akan membuka matanya lagi.

Berbeda dengan kembarannya yang nakal dan suka membuat keributan, justru Gibran tak pernah membuat masalah.

Walau dia tak sepintar kedua kembarannya, bahkan nilai Gibran selalu pas KKM, dia sering menangisi rankingnya yang tak pernah setinggi saudaranya.

Papinya pasti akan menceramahinya, berbeda dengan Mami yang selalu mengapresiasi kan apapun hasil belajar Gibran.

"Ada apa?" Gita baru turun dari tangga lantai 1, dia berlari mendekati Gibran yang berada digendongan Gadi.

Gibran sendiri langsung turun dari gendongan Gadi dan berlari kearah Gita. "Mamiii huaaaaaaa..hiks..Ran takut mami ilaaaaaaaaang." Gibran langsung memeluk Gita erat.

Gita menenangkan putra bungsunya agar berhenti menangis, salah juga karena Gita asik menjemur tanpa sadar kalau jam segini anak-anaknya pulang.

"Mamii..hiks..mumu mana..hiks.." isak Gibran.

"Ada di kamar kamu."

"Uuu..hiks..makan Mi..hiks..laper.."

"Iya sayang ayo makan.."

"Kami gak diajak?" ah..Gita lupa dia punya anak 3.

"Iyaa, abang sama kakak ayo makan juga." ajak Gita lembut.

Gadi dan Dio merengut sebentar lalu memeluk lengan mami mereka kanan dan kiri.

"Nanti kita ke kantor Papi ya."

"Mau ngapain Mi?"

"Papi minta diantarin makan siang."

"Okey mami sayang."

Gita tersenyum lembut, ada beberapa hal yang membuat Gita bahagia, 1 dia sudah punya keluarga lengkap, 2 karena Gadi mirip sama Alm. Adi.

Walau tak terlalu mirip namun sekilas Gadi memang mirip dengan Adi, mungkin karena Gita sering kepikiran dan membatin tentang Adi semasa dia hamil.

Tak apalah, dan Gadi itu juga teman berkelahinya Doni.

Tak jarang keduanya baku hantam dan berakhir masuk rumah sakit karena patah tulang.

Yang paling netral itu Dio, dia bisa manja bahkan lebih manja lagi daripada Gibran, disaat Dio lagi sakit.

Dia juga bisa jadi yang paling bijak, tapi juga bisa yang paling berandal.

Yah, kepribadiannya tergabung dari sifat Gita dan Doni.

Tak apalah, toh Gita mensyukuri kehidupannya sekarang.




































Extra Part Selesai.

Nantikan 1 chapter terakhir full kehidupan singkat milik Alm. Adi.

Preman Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang