‹•.•›PM-39‹•.•›

36.6K 4.6K 358
                                        

Jadi, masih ingat gak sama penglihatan Jeje soal 1 sahabatnya yang mati?.

Hehe..

Met bacaaaaa, jan lupa vote dan komen yaaaa😾
.
.

SELEPAS permasalahan mereka 2 minggu yang lalu, Doni ingin mengajak mereka bertemu guna melepas kangen dan yah memperbaiki hubungan.

Mereka berkumpul di Apartemen Jeje, hanya untuk mereka saja acara pertemuan ini.

Gita, Diara tak hadir karena mereka sendiri lagi sibuk dengan urusan Perusahaan bagi Diara sementara urusan Restoran bagi Gita.

"Eh, lo tau gak?." Arsa membuka pembicaraan, yang sudah sampai baru Arsa, Doni, dan Vino.

Jeje lagi sibuk di dapur sementara Adi dan Xeno lagi dijalan.

"Tau apa?." tanya Doni dengan mulut yang penuh dengan coklat.

Dia lagi kelaparan banget, beberapa hari setelah dia sembuh dari sakit, napsu makannya langsung meningkat.

Itu untuk penyembuhan ginjalnya, agar tak bermasalah lagi.

Arsa berdecak kesal lalu melempar tisu pada Doni, kode agar pria itu membersihkan coklat disekitar bibirnya.

Doni cengengesan dulu baru meraih tisu dan membersihkan sisa-sisa coklat disekitar bibirnya. "Tau apa nih?." tanya Vino penasaran.

Arsa menyeringai tipis, mulai nih hawa-hawa tukang ghibah nya, emang ye.

"Si Jeje, udah mulai cium-cium pipi si Gadis. Uuuu gue aja shock pas liat adegan uwu itu anjer!."

"MANA ADA! FITNAH LO ANJER!!." Jeje menjerti keras dari dapur, dia berjalan menuju ruang dimana Arsa berada.

Jeje pakai celemek bergambar hello kitty btw. Raut wajahnya nampak kesal namun menggemaskan sekali.

Arsa terbahak, sementara Doni dan Vino shock setengah mati, mereka menatap Jeje yang wajahnya sudah memerah padam.

Jeje mencengkram celemeknya lalu berlari kembali ke dapur.

"Hahaha, ya Allah gue gak nyangkaaa. Jeje yang gapernah pacaran bisa sebucin itu Ya Allah." kaget Vino yang memang gak nyangka.

Jeje menahan malu di dapur, sialan banget si Arsa, bocor banget lambenya!!.

Doni terkekeh pelan, mereka asik bercerita sampai suatu dering ponsel menghentikan kegiatan mereka.

Panggilan masuk dari Adi.

"Halo, Di." panggilan itu masuk dari ponsel Vino.

"Vin..ugh..l-loudspeaker..kan.."

Nada suara Adi bergetar, dia seperti orang yang tengah menahan sakit.

Vino langsung melakukannya, mereka mendengarkan apa yang ingin Adi katakan pada mereka.

"Di? Lo kenapa?." tanya Arsa khawatir.

Terdengar kekehan pelan dari ujung telepon. "K-kayaknya..a-ajal gue udah..d-deket banget.." lirihan itu membuat mereka langsung panik.

"DI LO JANGAN NGE PRANK YA SIALAN!." maki Doni emosi plus khawatir.

Adi terdengar tertawa pelan.

"Bi..lang..sama..Kak..G-i..ta..di..a..cantik..banget..ugh..du..a..minggu..lalu..akhh..gu..e..sam..pe..gemeter..haha..hiks..gue..cinta banget sama dia..hiks..k-kayaknya..d-dia..c-inta..pertama..arghh..d..an..te..rakhir..gu...e.."

Doni menahan dengut dihatinya, ini salahnya. Doni seakan mempermainkan perasaan Adi soal pernikahan 2 minggu lalu.

"Di, kami kesana-"

"G-gausah..b-bentar lagi..g-gue mati..kok..D..on.."

"Kenapa..Di?."

"Xe..no..ugh..di..a..a..nak..buah..Er..do..akhh..Xe..no..i..tu..ke..ponakan..Er..do..awasi..Kak..Gita..jangan..sampe..Er..do..anjeng..itu..nyentuh..kakak..kesayangan..gue.."

Mereka semua bisa mendengar bunyi bip dari asal telepon Adi.

"Di..jangan bilang lo-"

"Selamat..tinggal semua..gu..e..senang..bisa..ketemu kalian dan..jadi..teman selama ini..bi..lang..sama..kak..Gita..gue..cinta sama dia.."

Dan detik berikutnya, yang terdengar adalah bunyi ledakan dan pecahan kaca, serta bunyi benda terbakar dan reruntuhan barang.

Kemungkinan besar, Adi dibuat sekarat dulu sebelum akhirnya diletakan di sebuah tempat dan diledakan.

Dan yah, mereka kehilangan sosok sahabat mereka selamanya.

Jeje...membeku di tempatnya berdiri.

Dia melihat dengan jelas keadaan Adi yang sekarang, kakinya dipotong sebelah dan wajahnya habis dipukuli.

Adi sekarat saat menelepon mereka, dia sudah diambang maut.

Dan saat ini, Adi sudah tewas tertimpa reruntuhan kayu panas yang terbakar akibat ledakan.

"A-adi..hiks..gue kira lo gak bakal pergiiii!!"

Bahkan Jeje sekalipun tak bisa memprediksi dengan jelas, dia tak melihat penglihatan apapun hari ini atau semalam.

Tapi saat Adi sudah tewas, dia baru mendapatkan penglihatan itu.

Seperti sebuah peringatan agar Jeje tak mengacaukan rencana yang sudah Tuhan atur.

Agar Jeje tak mengundur kematian seseorang lagi.

Seharusnya Adi tewas saat dia di rumah sakit 4 tahun lalu karena Ayahnya memarang kaki Adi sampai putus.

Tapi Jeje mencegahnya dan mendatangkan polisi.

Lihat? Adi mati dengan cara yang sama namun waktu yang berbeda.


































Bersambung😾

Mendekati, detik-detik ending.

Kalimat perpisahan untuk Adi Zavaro=

Terima kasih untuk vote dan komen hari ini, aku udah up 7 kali dalam sehari muehehe, dan hari ini penuh emosi euy.

Besok cerita Jeje bakalan up, jadi gak sabar hahahhaa.

Preman Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang