‹•.•›PM-37‹•.•›

31.6K 4.1K 202
                                    

Met baca, jan lupa vote dan komen😾
.
.

DONI meregangkan sedikit tubuhnya, jam sudah menunjukan pukul 5 sore dan Doni baru sampai ke rumahnya.

Pekerjaan menumpuk di Kantor membuat Doni melupakan satu hal penting di rumahnya.

"Assalamualaikum." salam Doni lesu begitu masuk ke dalam rumah.

Ada suara orang yang sedang tertawa di ruang santai, saat Doni melangkah semakin cepat dan dekat menuju ruangan itu.

Jantungnya serasa berhenti berdetak, dadanya nyeri seketika melihat pemandangan tersebut.

"Adi, lo mau apa kemari?." tanya Doni tak suka, terlebih Adi duduknya sangat amat rapat dengan Gita.

Adi memandang Doni dan memberikan senyum miringnya. "Kami lagi milih WO untuk Resepsi 3 hari lagi." jawab Adi santai.

Doni membeku, WO? Jadi mereka beneran akan menikah?.

"Kalian..beneran bakal nikah?." lirih Doni tak percaya, dia fikir mereka bercanda doang.

Adi dan Gita mengangguk yakin. "Tentu saja, bukannya ini semua atas permintaanmu?." sarkas Gita tak acuh.

Sakit sekali rasanya, ternyata pilihannya menikahkan Gita dengan Adi itu pilihan buruk.

Amat buruk, Doni gak sanggup menahan beban dan perih dihatinya kala mengetahui jika benar Gita akan menikahi Adi.

"B-baiklah, semoga pernikahan kalian lancar." getir Doni diselingin senyum nanarnya, dia berjalan cepat menuju lantai 2, dia mau tidur di kamar yang satu lagi aja.

Doni gamau tambah sakit hati dengan tidur di kamar bersama Gita.

"Hiks..sakitt.." Doni fikir rasa sedih itu akan hilang dalam beberapa jam dan hari.

Tak taunya, sampai berhari-hari rasa sesak itu tak kunjung lenyap. Malah semakin menjadi dan menyebar keseluruh tubuh Doni.

"Akhh..hiks..sakit Gita..hiks..sakit hiks.." rintihnya seraya mencengkram bagian bekas jahitannya dulu.

Doni belum sampai di kamar, dia berhenti melangkah dan terduduk sejenak, rasa nyeri terasa ditempat dimana ginjalnya dioperasi dulu.

Ini memang sering terjadi jika Doni stress dan keseringan menangis, dia jadi jarang makan dan memilih tak makan apapun seharian.

Doni sudah jarang minum susu, tak ada lagi Gita yang membuatkannya susu.

Doni merindukan semuanya, merindukan kelembutan Gita, merindukan Gita yang selalu memanjakannya.

Doni merindukan semuanya.

"Hiks..kangen Mami Gita..hiks..kangen mami Gita kangeeenn!!..hiks..KANGEN MAMI GITA!! ARGGHHH!!." Doni meraung sejadi-jadinya.

Dia terus meraung, tanpa sadar darah mengalir pelan dari hidungnya, kepalanya sakit.

Ahh..nampaknya asam lambungnya kumat.

Bruk!

Doni jatuh tak sadarkan diri disana.

....

Jeje menghela napas pelan, dia lagi menjaga Doni yang masih belum sadar dari pingsannya.

Padahal sudah 17 jam Doni pingsan tapi dia tak kunjung membuka matanya.

Tak tau kah Doni, kalau Gita dan Adi akan segera melaksanakan Akad nikah di Rumah keluarga Gita saat ini.

"Cepet bangun Don, lo harus ngehentiin mereka." gumam Jeje gelisah.

Dia memang menjadikan Doni sebagai musuh, tapi melihat keadaan Doni yang seperti ini membuat Jeje prihatin.

"Eungh.."

Jeje tergerak, dia langsung mengguncang pelan bahu Doni, mereka tak di rumah sakit.

Doni ada di rumahnya, Jeje menemukan Doni tak sadarkan diri didepan kamar lantai 2, Gita hanya meneleponnya dan memintanya untuk menjaga Doni.

Saat ini nampaknya akad nikah akan segera dimulai.

"Gita.." lirihan itu terdengar.

"Don! Bangun!."

"Gita mana?."

"Lagi mau akad sama Adi."

"APA!?."

HAYO LO DON, BOJOMU MAU KAWEN LAGI!





















BERSAMBUNG😾

Preman Manja [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang