Bagian 8. menunggu

12.7K 682 0
                                    

Setelah itu kami hanya makan dalam diam. Seperti janjinya tadi, dia mengantarku pulang, aku sempat bertanya, dari mana dia tau tempat tinggalku?

Dan dia bilang "aku tau segalanya".

aku sempat bingung apa maksudnya, apa Dion yang memberitahunya?. Tapi aku menyimpan kebingunganku untukku sendiri. Tidak perlu memperpanjang masalah sepele seperti ini kan.

Hari hariku berjalan seperti biasa lagi. Kuliah dan bekerja. Untung Nia maupun Adam tidak pernah muncul. Mereka sangat merepotkan. Mungkin juga mereka tengah sibuk mengatur pesta pertunangan mereka, aku tau itu pasti sangat mewah, mereka anak orang kaya, jadi tidak mungkin kalau pestanya di lakukan biasa saja.

Tapi hari tenangku sepertinya sudah berakhir. Aku tau itu saat aku melihat Nia dan teman temannya datang di kafe. Dari banyaknya tempat, kenapa mereka datang kesini?.

Tapi satu yang ku tau, Nia pasti merencanakan sesuatu di kepalanya saat ini. Dan itu pasti, saat dia meninggalkan teman temannya dan datang menghampiriku, aku hanya memandangnya datar.

Apalagi ulah si brengsek ini untuk menghancurkan hariku?

" hai Ana.... Sudah lama kita tidak bertemu.... Apa kabarmu baik? " tanyanya tersenyum riang. Aku hanya diam tidak berniat menjawab.

"Hei....kau tidak merindukan temanmu ini?... Kau sangat dingin".lanjutnya seolah terluka.

" apa keperluanmu?, aku sedang bekerja ".tanyaku datar.

" astaga kau ini, cobalah menjadi gadis  yang manis dan riang, tidak ada  laki laki yang menyukai gadis dingin dan datar sepertimu Ana... "

Sialll, maksudnya Adam memilihnya karena dia adalah gadis manis dan riang?

Dia seolah berkata itu sebabnya Adam memilihku dan meninggalkanmu.

"Apa yang bisa ku bantu?kau mau membayar makananmu?" jawabku masih dengan statusku sebagai kasir.

"Ahh tidak,kami belum selesai, aku datang untuk memberikan ini ".

Kulihat dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya, dan meletakkannya di atas meja.

Aku mengangkat alisku seolah bertanya, apa itu? Dengan tidak menyentuhnya.

" ini undangan... Kau tau kan,aku dan Adam akan bertunangan, dan itu tidak akan lama lagi, ini baru jadi, dan orang yang pertama mendapatkan undangannya adalah mereka dan kau ". Dia menunjuk teman temannya tadi dan kemudian menunjukku.

" kau harus datang oke, aku akan sakit hati kalau temanku tidak mendoakan ku di hari baikku". Dia berbicara seolah olah kami adalah teman baik yang sangat akrab.

"Aku pasti akan datang Nia, terimakasih"   aku mengangkat undangan itu kemudian menyimpannya di bawah meja kerjaku.

"Dan maaf aku sedang bekerja sekarang" aku mengusirnya. Kalau dia sadar.

"Oh maaf, aku tidak akan mengganggumu lagi,,,, bye Ana ".

Dia pergi sambil melambaikan tangannya.wanita ini selalu tau bagaimana menghancurkan hariku. Dan sialnya, dia selalu berhasil.

Aku melihat undangannya sekilas dan aku mengingat Zander. Ini sudah 4 hari. Dan dia belum memberikan jawabannya. Aku memang mempunyai no teleponnya, tapi aku hanya bisa menghubunginya kalau aku berubah pikiran dan membatalkan tawaranku. Yang artinya aku tidak boleh menghubunginya untuk alasan lain.

Aku tidak tau kapan pertunangan mereka akan berlangsung, karena aku belum membuka undangannya.

Kalau Zander menolakku, hu harap aku masih punya waktu untuk mencari penggantinya. Dan itu sangat sulit, mengingat aku tidak punya teman atau tidak tau cara mencari laki laki  dan dimana aku harus mencarinya.

Tiba tiba saja laki laki menjadi sangat langka di dunia ini. Kalau dulu, aku tidak  pernah peduli dengan mereka karena aku memiliki Adam. Dengan adanya Adam di hidupku,dia seperti  menghipnotis atau mencuci otakku untuk tidak melihat dan tidak memedulikan orang lain selain dia.

Itu baru kusadari saat dia menghianati ku. Saat itu baru aku tau  ternyata aku tidak mempunyai teman satu orangpun. Entah kenapa aku menjadi sangat asing dengan orang lain.

Jadi,,,, aku akan menunggu Zander Saja. Entah kenapa aku merasa aman saat bersamanya, aku tidak takut meskipun aku baru mengenalnya.
Dan kurasa dia adalah pilihan yang tepat.

Ini sudah berlalu dua hari sejak Nia mengantarkan undangannya. Aku masih belum membukanya dan masih menyimpannya di loker kerjaku. Tidak pernah berniat membawanya pulang. Nanti kalau  Zander sudah memberikan jawaban baru aku akan membukanya. Tapi dia tidak pernah muncul.

Sialll, kalau dia menolak atau menerima,kenapa sangat lama?.

"Ana... Kau akan pulang? " itu cindy.
Dia sedang duduk di kursi yang menempel ke dinding di belakangku. Saat aku sedang sibuk memandangi undangan Nia di dalam loker sambil berdiri.

"Ya, seperti biasa "  jawabku.

"Kau punya waktu luang? " tanyaku ragu. Aku menutup lokerku dan melihatnya sambil bersandar membelakangi loker.

"Kenapa? Kau butuh sesuatu? " tanyanya sedikit kaget karena aku jarang bertanya, hanya biasa menjawab kalau dia bertanya.

"Tidak... Tapi kalau kau punya waktu, aku akan pergi ke club malam, kau mau ikut? ". Ajakku.

" club yang kemaren? " aku tau dia akan tertarik.

"Ya, hanya itu yang ku tahu.dan kau bilang itu tempat yang aman."  kulihat  dia berpikir,

"Kau mau mengajak Paul?, sepertinya akan lebih bagus kalau ada laki laki yang menemani kita? " aku mengangkat bahuku tidak yakin. Karena aku tidak berani mengajak Paul langsung.

"Kalian mencariku? " itu Paul, dia baru datang. Sepertinya dia mendengar aku menyebut namanya.

"Ana mengajak ke Club, kau mau ikut?" tanya cindy.

"Wahhh Ana,,, kau semakin berani ". Dia tersenyum dan duduk di samping cindy.

" bagaimana denganmu? " tanyanya pada cindy.

"Tentu saja aku ikut. " jawabnya pasti.

"Baiklah, sepertinya aku harus ikut. Aku tidak akan membiarkan kalian  pergi tanpa penjagaan". Maksudnya dia mau menjaga cindy. Aku tau dia pasti akan ikut kalau ada cindy.

" baiklah.... Kita akan pulang dan bersiap siap. Kami akan menjemput mu jam delapan. Sebaiknya kau bersiap sebelumnya, Paul sangat tepat waktu. " kata cindy tersenyum.

"Oke.. " jawabku sambil mengangkat jempolku. Dan mereka tertawa, merasa heran dengan sikapku.

Kemudian cindy mengangkat tasnya saat Paul menariknya keluar. Dia hanya melambaikan tanganya berpamitan.

Jam setengah delapan aku sudah siap dengan gaun malam ku, berwarna merah dengan leher tertutup tanpa lengan dan tidak terlalu pendek. Hanya satu jengkal di atas lutut. Tapi cukup ketat, mencetak bentuk asli tubuhku. Tapi aku masih merasa nyaman. Sepatuku  tidak terlalu tinggi dan rambutku ku hanya ku ikat tinggi.
sepertinya rambutku sudah terlalu panjang. Nanti aku akan mempertimbangkan untuk memotongnya atau tidak. Aku suka rambut panjang, tapi jangan terlalu panjang. Kurasa semua wanita akan sangat sulit mengambil keputusan saat berurusan dengan rambut.

Aku sudah mengirimkan pesan pada cindy kalau aku sudah siap, dan dia bilang kalau mereka sudah di jalan. Mereka sangat tepat waktu.

Kemudian aku mematikan handphone ku dan meninggalkannya. Mengambil tas kecil ku dan aku akan menunggu mereka di teras saja. Aku hanya mengisi tas ku dengan dompet dan lipstik saja.

Kali ini apa Adam juga akan mengetahuinya? Tapi sepertinya dia sudah menyerah denganku. Mengingat mereka akan bertunangan.

sepertinya Nia juga tidak akan membiarkan calon tunangannya berurusan lagi dengan mantan pacarnya. Aku yakin itu.

DON'T PLAY MY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang