Part 4 : Tentang Kita

1K 135 52
                                    

Tentang kita yang tak sempurna. Makhluk sosial yang disebut manusia.

♥♥♥

"Ananta?"

"Iya, Dok?"

Perlahan netra Ananta bertemu dengan sepasang mata milik dokter yang menanganinya. Ia menarik garis lengkung pada bibir pucatnya, Ananta faham situasi saat ini.

"Kalo ada keluhan, bilang pada Dokter." tutur pria berjas putih dengan raut wajah khawatir.

"Dokter, Ananta udah sering kemo. Dokter gak perlu ucapin itu, nanti kalo Ananta ada keluhan bakalan bilang, kok!" ungkap Ananta menarik nafas terlebih dahulu.

"Oke, anak manis." balas dokter bernama Jordan Mudzafar. Lelaki berumur 35 tahun yang sudah kenal dekat dengan Ananta. Ia kadang tak tega setiap kali harus bertatapan dengan pandangan mata redup pemuda di hadapannya.

Ananta sering berkata baik-baik saja dan selalu melontarkan candaannya namun siapa yang sangka Jordan dapat melihat netra Ananta mengungkap sakit saat dan setelah kemo.

"Bismillah dulu ... " pesan Dr. Jordan lagi-lagi membuat Ananta tersenyum mengangguk.

"Bismillahirrahmanirrahim ... Semoga kemo Ananta lancar."

"Aamiin."

Dr. Jordan pun segera memasang kantong berbungkus gelap yang sengaja berdampingan dengan infusan milik Ananta. Berlanjut mengatur segala halnya pada mesin di samping ranjang.

"Kamu bisa. Dokter tinggal sebentar, nanti jika alatnya bunyi panggil saja, ya!" pesan Dr. Jordan sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan Ananta sendirian.

Perlahan netra gelap milik Ananta mengedar, memperhatikan alat di sekitarnya, melihat bagaimana tetesan obat yang menggantung di sana tersalurkan melalui selang masuk ke dalam tubuhnya. Ia menggantungkan seluruh harapnya pada semua pengobatan yang ia lakukan. Yang harus ia percayai yaitu ia akan sembuh dengan izin-Nya, entah sembuh bisa melanjutkan hidup atau sembuh sepenuhnya dalam artian lain.

"Mas ... " panggilan dari Ananta saat menyambut Satria yang memasuki ruangan kemo.

"Nan," tarikan di kedua bibirnya terlihat, menyambut uluran tangan Ananta yang terbebas dari infusan. Menggenggamnya erat dan menemaninya duduk berhadapan.

"Kamu akan sembuh." ucap Satria menelungkup sebelah pipi sang Adik yang mengurus.

"Mas bawa makanan banyak. Kamu harus habiskan." kekeh Satria menyimpan sekantung plastik berlogo yang isinya penuh makanan kesukaan sang Adik.

"Kok malah bilang, Ananta bakalan habiskan. Mas tenang saja."

Kekehan Ananta bersautan dengan gertakan gigi dari Satria.

"Gemes banget, sih! Ngeselin."

💉💉💉

"Kamu memangnya tidak sekolah?"

"Nalendra sepulang sekolah langsung berganti baju. Lendra cuman minta izin sama Kak Nana. Yuk! Katanya Mas Ananta sekarang kemo."

Dengan baju pasien yang melekat padanya dan kursi roda yang ia gunakan membuat Fahri sejenak harus merendahkan egonya.

Semalam ia pingsan setelah susah payah memohon agar kedua kakaknya tak membawanya ke rumah sakit. Dan berakhir pagi tadi ia baru sadar dengan alat rumah sakit sudah menghiasi beberapa bagian tubuhnya.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang