Part 22 : Semuanya Terluka

557 67 44
                                    

Mueheh maaf sebelumnya. Ini part bener² bisa membuat mual menurutku. Aku geli nulisnya. Tapi baca aja deh ...

Karena aku belum tahu cara melabrak cowok yang selingkuh jadi aku cari amannya aja, ya! [Anti perbucinan tapi ya ... Bucin juga sih sama dia– tapi ... ] Pokoknya semua yang Aku tulis masih banyak kurangnya, mohon di ingatkan saja untuk bahan revisi. Makasih udah mampir dan setia menunggu. Love u kalian ...

💉💉💉

[Part Sebelumnya]

"Gionn!!" panggilan itu terulang kembali dan kini mampu menghentikan langkah dua orang di depannya.

Dibelakang Yumna, Ananta hanya terpaku tak beranjak. Ia ingin tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Dengan santai dan tak menunjukan keterkejutan, Gion tidak mengindahkan panggilan itu. Ia malah memeluk dari samping gadis yang sedang bersamanya berusaha melindungi diri dari hujan lalu berlarian menuju mobil yang terparkir.

"Yumna udah, jangan di kejar!" tahan Ananta saat hujan semakin turun deras. Membuat mereka terpaksa berhenti di halte dekat kampus dan membiarkan apa yang pergi biarlah pergi.

Perlahan Yumna mengambil posisi duduk dengan menundukkan kepala, berusaha merendahkan suara isakannya. Ia benar-benar tidak percaya dengan yang terlihat oleh kedua netranya. Pejaman kuat pada matanya berhasil menjatuhan air mata itu.

"Nan ... S-sakit ... " rungu Ananta mendengar jelas sesalan lirih Yumna. Ia hanya bisa ikut duduk disampingnya sembari mencari cara agar tangisan pecah itu tak berkelanjutan.

"Aku bukan mau menyalahkan. Tapi dari awal aku memang sudah menegaskan bahwa Gion bukanlah orang yang tepat untukmu. Sudah berkali-kali kan aku menyuruhmu untuk putus dari Gion ..."

"... Dan atas kejadian siang ini, akhirnya kamu tahu sendiri. Sekarang semua keputusan dan pilihan ada padamu seutuhnya. Ada bukti yang bisa kamu jadikan alasan untuk lepas darinya."

"Sulit, Nan! Aku gak mau ... "

Ananta menghela nafas, merusak tatanan rambutnya sambil melihat kearah lain. Ia menggeram kesal dengan kepalan sempurna di kedua tangannya.

"Yumna–"

"Aku gak bisa ... " sela Yumna sebelum Ananta berucap.

Netra gelap yang sayu kini memandang tajam pada telunjuk Yumna yang sedang menyeka cincin di jari manis tangan kirinya.

"Huftt ... " ia lagi-lagi kalah hanya karena benda kecil yang melingkar disana.

"Memangnya apa yang kamu harapkan dari Gion? Sudah jelas-jelas sekarang terbukti seperti apa dia. Jika memang alasannya cuman karena rasa, aku tidak akan rela kamu merasakan sakitnya." tegas Ananta membuat Yumna menoleh menatapnya.

"Yumna, ku mohon lepaskan saja dia. Apa yang bisa diandalkan dari cowok itu? Dia cuman menjadikan kamu mainan!"

Yumna hanya menggelengkan kepala, menatap lurus tirai hujan didepannya sambil menutup indera dengar miliknya.

"Sadar! Kamu cuman dijadikan bahan taruhan selama ini!"

Sekuat apapun Yumna menolak mendengar ucapan dari Ananta, tetap saja ia langsung menoleh saat pemuda disampingnya berkata demikian.

"Apa kurang jelas? Atau tidak yakin? Kalo memang kamu tidak percaya, itu tidak masalah. Kamu bisa tanya pada Mirza atau teman Gion yang lainnya."

"Dia ... Tidak seperti ucapanmu, Nan!"

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang