Part 42 : Fahri Dan Basket

302 49 80
                                    

Janji ramein komen? Aku update 3 part nih, 5 part sih sama cerita yang lainnya. Komentar yah jangan lupa ...

Jadilah diri sendiri dalam mewujudkan mimpi, karena setiap tempat akan disinari oleh cahaya yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadilah diri sendiri dalam mewujudkan mimpi, karena setiap tempat akan disinari oleh cahaya yang tepat.

tulisan miring artinya lagi flashback, ya—

Pagi ini Fahri senang bisa berkunjung ke rumah Nalendra. Ia membuka alas kakinya dan disambut baik oleh pemilik rumah.

Hal pertama yang ia rasakan tentu kenyamanan yang langsung membuat dirinya betah. Rumah Nalendra tampak sepi karena semua penghuni sudah mulai beraktifitas di luar rumah, hanya tinggal Nalendra dan Mamanya saja.

“Rumah lo bagus, Len …” takjub Fahri mendapat kekehan ringan. Kedua bahunya dipegangi oleh Nalendra sambil mengantar semakin masuk ke dalam rumah.

Fahri tak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke semua penjuru ruangan yang tertangkap indera penglihatannya. Senyumnya semakin mengembang dan langkah kakinya membawa ia berdiri dihadapan sebuah foto yang sengaja dipajang di dalam lemari kaca.

“Ini kok mirip Ananta?”

Pemuda yang memakai topi hitam tersebut menunjuk sebuah bingkai foto yang terdapat 2 anak sedang menangis dan 1 anak tersenyum dengan mata yang menghilang meninggalkan garis lurus.

“Memang Mas Ananta.” jawab Nalendra.

“Kok nangis?”

“Dia habis sunat bareng Kak Julian sama Kak Naka …” lantas jari telunjuk Nalendra menunjuk satu persatu anak tersebut.

“Payah banget, heran!”

Nalendra mengerutkan kening, lalu ia bertanya dengan penasaran, “emang Bang Fahri gak nangis pas sunat?”

“Gw gak sunat, Len!”

“Ha?” pemuda yang lebih tinggi kini menatap kaget dengan mulut terbuka.

“Ha ho ha ho … haha … Canda, gw sunatnya pas masih kecil banget waktu sakit gak bisa BAK. Gitu deh, Dokter nyaranin sekalian sunat aja katanya.” tuturnya memberikan penjelasan.

“Kok bisa?”

“Gw juga gak faham. Tapi emang gitu … jadi sunatnya udah dari kecil, tapi gak nangis, kok! Suer!” sambil memperlihatkan 2 jari ditangan kanannya untuk meyakinkan Nalendra.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang