Part 19 : Putus Harapan

652 75 102
                                    

Harapan hanya sekedar harapan, walaupun tak tergapai itu tak mengapa, setidaknya kita pernah mengharapkan itu -Ananta Abimanyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harapan hanya sekedar harapan, walaupun tak tergapai itu tak mengapa, setidaknya kita pernah mengharapkan itu -Ananta Abimanyu

Harapan hanya sekedar harapan, walaupun tak tergapai itu tak mengapa, setidaknya kita pernah mengharapkan itu -Ananta Abimanyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katakan saja jika Ananta keras kepala dan selalu lupa diri. Sebab ia tak bisa marah terlalu lama pada Yumna. Seperti halnya sekarang, kedua kakinya sudah menapaki jalan kecil menuju pintu utama rumah Yumna. Berdiri didepan sana lalu menghela nafas sebelum akhirnya mengetuk dan mengucapkan salam.

Dua kali ketukan tidak ada jawaban, dan saat ia akan kembali mengetuk, pintu terbuka dari dalam. Menampakan seorang pemuda yang masih berseragam SMA dengan baju putih yang dikeluarkan kemejanya.

"Waalaikumussalam ... Kak Anan, masuk, Kak!" ajaknya dengan senyuman khas. Ia mempersilahkan Ananta untuk masuk dengan memundurkan dirinya sendiri memberi ruang untuk Ananta.

"Eumm terima kasih ... Yumna-nya sedang istirahat, ya?"

"Oh, baru aja dia bangun. Sekarang lagi ada Kak Gion."

Mendengar hal tersebut rasanya hati bagaikan di hantam benda berat, Ananta mengepalkan tangan sambil tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Oh, syukurlah kalo sedang dijenguk Gion. Sepertinya aku akan sedikit mengganggu kalau tetap disini, aku titip sesuatu saja, deh. Sudah sore juga ... " cakapnya memberi alasan untuk tidak masuk lebih dalam. Tangannya langsung saja beralih pada bungkusan dari dalam tas yang berbalut kertas warna. Entah apa isinya, Alif hanya mengikuti arah pandangnya saja. Dan saat Ananta menyodorkannya, Alif langsung menerima.

"Aku gak beli bunga, toh buat apa beli bunga kalo bisa layu. Ini tolong berikan pada Yumna, aku tidak bisa berlama-lama karena hari sudah sore dan akan hujan sepertinya."

"Hmm, iya, Kak. Alif akan sampaikan." Ananta mengangguk menanggapi ucapan Alif. Bungkusan miliknya sudah berpindah tangan sekarang.

Tanpa banyak berbasa-basi lagi Ananta benar-benar undur diri dari kediaman Yumna. Kembali membawa kakinya menyusuri jalanan dengan sedikit lambat. Ia akan mencari ruko kosong untuk dirinya menunggu jemputan.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang