Part 15 : Jauh

638 76 146
                                    

Oh ya, kita flashback sebentar yuk saat Ananta belum ketemu Dokter Damar. Alias masih pagi banget ada kejadian hebat. Oke baca langsung aja. aku lupa kelewatan kemarin, tapi nanti direvisi lagi kok. Maaf, ya ...

💉💉💉


** REKOMENDASI SONG :
Menghitung Hari

Kenapa harus jarak yang menguji dan memberi luka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa harus jarak yang menguji dan memberi luka?

Saat itu malam masih belum lepas, walaupun mentari ingin segera menggantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat itu malam masih belum lepas, walaupun mentari ingin segera menggantikan. Sekitar pukul lima lebih duapuluh menit, seusai shalat subuh. Pintu kamar Ananta diketuk pelan lalu disusul panggilan lembut.

Memang pintu kamarnya tak pernah di kunci lagi setelah Satria menegur, namun tetap tidaklah sopan jika langsung masuk begitu saja.

"Mas Fadhil ... " sinaran cerah terukir pada air wajah Ananta. Dengan peci hitam yang masih melekat, ia sedang melipat sajadah selepas dipakai. Tentu sarung masih ia pakai. Menuntun Fadhil untuk masuk mengikuti jejak kakinya dari belakang.

"Mas mengganggu?" pelan Fadhil mendapat gelengan. Si sulung langsung saja duduk di pinggiran ranjang milik adiknya.

"Tumben Mas, ada apa?" disusul Ananta duduk disamping Fadhil.

"Boleh Mas peluk sebentar ... " fokusnya menatap harap kedua netra legam sang adik.

"Haha, minta peluk? Sini ... " entah kenapa rasanya Ananta juga sedang rindu pelukan Fadhil. Ia akan meresapi setiap dekapan eratnya pagi ini. Ananta akan selalu ingat dan rasakan. Ananta tidak akan melupakan.

"Mas?" setelah cukup lama pelukan itu tak kunjung dilepas, Fadhil dengan bergetar melonggarkan pelukan. Menatap netra dihadapannya yang sedang menatap polos, berbalasan tatap dengan netra miliknya yang semakin berlinang.

"Mas menangis?" tanya Ananta menatap gusar. Ia bertanya dengan hati-hati.

"Besok ... Mas izin kerja keluar kota ... Ananta ikhlas?" tanya Fadhil terjeda-jeda. Lidahnya terasa pahit mengatakan hal ini.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang