Part 24 : Kebahagiaan Sederhana Milik Nalendra

571 67 90
                                    

[Dari judulnya udah ketebak, ayo bucinnya Nalendra kumpul]

╥﹏╥

Bahagiaku sederhana seperti sisa nafasku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahagiaku sederhana seperti sisa nafasku ...

Wanita yang masih mengenakan jaket tebal berwarna gelap itu kini sudah berdiri didepan pintu kamar anak bungsunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita yang masih mengenakan jaket tebal berwarna gelap itu kini sudah berdiri didepan pintu kamar anak bungsunya. Mengusap pelan tempelan nama yang terpajang tepat di depannya.

Tangan dingin miliknya ia turunkan untuk memegang knop pintu, sebelum membuka ia merasa sedikit ada keragu-raguan.

Namun perlahan pintu tersebut ia buka, mendorong kakinya untuk berjalan lebih lanjut ke dalam kamar. Menghirup udara khas kamar ini yang mampu membuatnya tersenyum. Netranya terjatuh pada seseorang yang berselimut seluruh badan dengan posisi menyamping.

Ia membawa dirinya lebih dekat pada seseorang tersebut. Senyumnya perlahan pudar digantikan linangan pada matanya yang kian memberat serta membuat buram penglihatannya.

Terduduk dipinggiran ranjang dengan tangan terulur menyentuh pipi yang tidak seberisi dulu. Ia juga sempat kaget dengan penampilan anak bungsunya malam ini. Anaknya terpejam tenang dan tak merasa terusik.

"A-adek ... " panggilnya dengan getaran di bibir. Air matanya turun tak dapat ia tahan lagi.

Dengan isakan rendahnya, ia menciumi seluruh permukaan wajah sang anak dengan sayang.

"Hikss ... " rasa sesak yang tertahan di dada semakin menjadi, ia bernafas dengan susah saat pikirannya terbayang sudah separah apa sakitnya.

Kini rasa bersalah lebih mendominasi dalam diri, kabar duka beberapa hari yang lalu saja ia masih belum ikhlas atas kepergiannya, dan sekarang ia hadir diruangan ini melihat sendiri anak yang kemarin membelanya lewat telepon.

"Mereka masih orangtua kita, hikss ... Kita ada dan tumbuh seperti ini karena jasanya ... Nalendra sekarang tinggal punya satu orangtua! Cuman beliau yang tersisa–"

"Nalendra, Mama disini ... Ayo sembuh, Nak! Hikss ... " bisiknya didekat telinga kiri milik Nalendra. Air matanya masih tak mau berhenti turun melewati pipi merah padamnya. Tangannya beralih memeluknya yang masih terpejam.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang