Buat yang mau masuk grup, terbuka buat siapa aja, ya! Mari berteman 💚
***
Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Walaupun manusia memandangnya buruk sampai melupakan sisi baik mengambil pelajaran hidup darinya.
***
Satria terkekeh saat pelukan darinya dilepas paksa oleh adik bungsu yang menjauh sedikit menjaga jarak darinya. Tentu, beberapa orang disekitar juga ikut memperhatikan lalu memberikan tanggapan atas kelakuan anak berumur 7 tahun tersebut. Pakaian rapih yang membalut tubuhnya terus saja ditarik-tarik sampai kusut.
“Nan! Aduh bocah … foto dulu bareng Mas!” ajak Satria menarik lengan mungil tersebut untuk kembali pada posisi awal dengan memeluk tubuhnya.
Dan lagi, Satria didorong olehnya, wajah itu terlihat enggan menatap Satria sambil bergumam rendah, “Gak mau, mau beli cupang dulu yang di depan …” walaupun begitu Satria yang paling dekat dengan posisi adiknya berdiri, ia mengerti gumaman tersebut.
“Iya nanti Mas belikan. Sama bapak tukang cupangnya kita angkut juga …” candaannya memicu kekehan orang disekitar membuat rasa kesal Ananta kecil padanya semakin besar.
“Pengen sekarang …” rajuknya tak mau menunggu waktu lebih lama lagi.
Akhirnya seorang wanita lembut menghampirinya, menuntun Si Kecil untuk kembali mendekati Satria sambil bertutur, “Nanti yah, Sayang! Kamu tinggal foto sama Mas Satria, sekali lagi …”
“Gak mau … pagi-pagi Mas Satria nyubit pipi Nanta buat bangunin, masih sakit …” rupanya karena pipinya pagi tadi memerah, ia sekarang tak ingin berdekatan lagi dengan Satria.
Dengan cepat, lantas Satria langsung menyesali perbuatannya lalu memberikan pelukan, “Owhh … iya, deh … Mas minta maaf, kita foto sebentar dulu, yuk!”
“Dek, kasian Mas yang fotoinnya …” ucap Ayah dengan sorot mata memandang sejenak pada fotografer yang sudah sedari tadi bersabar menunggu rajukan Ananta mereda.
“Maap, Yah … yaudah, ayuk!” dengan sendirinya ia langsung mau menuruti ucapan tersebut.
“Senyum …” pinta lembut pria yang sudah menyoroti kakak beradik dengan kamera digenggaman kedua tangannya.
“Senyum, Dek!” ulang Lintang sudah lelah menunggu. Ia berjongkok tak jauh dari posisi berdiri kedua orangtuanya serta kedua kakaknya.
“Siap, yah, Dek … satu … dua …” bersamaan dengan ucapan tersebut disusul terdengar suara jepretan foto dan sinaran silau yang terlihat sekejap.
“Sama-sama, Om!” celetuk Ananta mulai berjalan menjauhi semuanya menuju keluar ruangan. Langkah kakinya dengan percaya diri bergerak maju.
“Itu toganya jangan dilepas …” decak Fadhil gemas ketika sudah 2 jepretan foto berhasil diambil, adik bungsunya malah langsung melepaskan benda yang melekat di kepala lalu memberikannya pada Tanjung.
“Berat, rambut Nanta jadi jelek, Bu …” ia tak mau menanggapi ucapan Fadhil malah langsung mengadukan bebannya pada Ibu.
“Sebentar aja, pake lagi, yuk!” tutur Ayah meraih tubuh mungil tersebut untuk digendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
enfermedad [END]
Fanfic✨ _________________________________ Haechan | Yangyang | Jisung _________________________________ Cerita tentang kita yang tak sempurna ✨ Saling menggenggam satu sama lain, Saling berangkulan untuk menghadapi tantangan, Tak peduli berapa juta detik...