Part 34 : Kehilangan

635 74 42
                                    

Hay, lagi pada ngapain? Sibuk apa?

Kemarin malem bakar hati gak? Ehh ...

Diawal January aku update, nih ...

Buat temen-temen yang udah masukin cerita ini ke perpus, aku cuman mau bilang 'Terima kasih, ya!' jangan lupa dibaca, jangan cuman di add aja 😂

Aku buat cerita untuk dibaca, bukan cuman ngejar vote. Vote cuman dukungan doang. Kalo berkenan komentar juga, ya! Ayo kita ramaikan.

Seneng deh kalo bisa interaksi di komentar 😅💚💚💚 lop lop deh yang masih setia nunggu cerita ini, walaupun udah aku gugurin 1 tokoh 😌

***

Bagaimana saat hati dipaksa ikhlas tetapi mata tidak dapat berbohong untuk berhenti menangis?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana saat hati dipaksa ikhlas tetapi mata tidak dapat berbohong untuk berhenti menangis?

🌷🌷🌷

"Siapa itu?" tanya pemuda berkacamata, ia lantas menunjuk sebuah kendaraan mewah yang terparkir di depan rumahnya.

"Istri Mas, dong! Cantik, kan?" tanya seseorang disampingnya tersenyum cerah. Bahkan awan yang menghitam diatas sana tidak keduanya pedulikan. [Bidadari, ya?]

Dengan cemberut pemuda berkacamata mengutarakan protes, "kok gak mau turun? Kan Nalendra mau kenalan juga ..."

"Jangan, nanti aja Mas kenalin ... Kamu ngapain diluar?" tanyanya mengedarkan pandangan.

"Hm ..." pemuda itu tak menjawab, hanya berdehem pelan sambil menundukan kepala.

"Sebentar lagi hujan, loh!"

"Nalendra males di dalem." adunya melepas kacamata yang berembun lalu menyekanya.

"Masuk, gih! Kak Rendra pasti nyariin. Ayo masuk! Nanti kamu sakit."

"Gak mau." pemuda itu masih tetap tidak mau beranjak, ia sudah nyaman duduk diteras sambil melihat kendaraan yang ramai melintas.

"Mas Ananta mau nginep, gak?" tanyanya menoleh pada Ananta yang masih tersenyum.

"Mas mau jalan-jalan setelah ini ..."

"Kemana?" tentu Nalendra kaget mendengarnya. Air wajahnya menampakan rasa penasaran.

"Ke tempat bagus ..."

"Emang gak dimarahin Mas Satria? Jalan berdua sama cewek." ujar Nalendra yang mendapat rangkulan dari Ananta. Sepupunya hanya tersenyum saja, perlahan telunjuk itu terangkat menunjuk kendaraan miliknya didepan sana.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang