Part 47 : Pikiran Buruk Rendra

380 51 100
                                    

Tenang aja, aku gak bakalan lupa sama cerita ini. Udah bucin kok, susah buat berpaling. Saking bucinnya, aku kesusahan buat ngetik kata 'TAMAT' sejauh ini.

Jangan bosan dulu, ya! Sebentar lagi sampe kok.

Oh ya, aku masih utang 1 video hehe. Besok update lagi sambil ngirim videonya. Ditunggu, ya!

***

Dengan suara batuk yang semakin keras, pintu kamar Nalendra kembali berhasil di dobrak paksa oleh Julian. Mama langsung berlari mendekati lalu memanggil nama Nalendra.

"D-dingin ..." lirihnya dengan hembusan nafas pelan sesekali diselingi batuk. Tubuhnya meringkuk terselimuti kain tebal, namun percuma tubuhnya tidak dapat menghangat.

"Iya, sini Mama peluk!" Mama meraih Nalendra yang masih terpejam dengan bibir bergetar.

Sedetik kemudian Rendra datang dengan kaki yang masih belum sepenuhnya pulih. Tangannya ia bawa untuk mengusap pelan pipi adiknya. Dilanjutkan mengecek suhu tubuhnya dengan mendekatkan punggung tangan pada kening dan sekitaran leher.

"Dek ..." panggilan Rendra tak mendapat sautan. Kedua mata itu sudah tidak berdaya untuk terbuka lagi.

"Julian siapkan mobil!"

"B-baik, Kak!"

Segera Julian beranjak, kedua kakinya dengan cepat ia bawa melangkah untuk mempersiapkan mobil.

Sementara Naka, ia terdiam berdiri memperhatian semuanya yang sedang kalut. Ia sama sekali tidak melakukan apa-apa sampai akhirnya ia ikut mendekati Nalendra saat Kakak sulungnya mencoba membawa si bungsu keluar kamar.

"Len, bertahan ..." pinta Rendra.

***

"Itu seperti Naka!" ujar Zafran yang hendak keluar rumah sakit melihat mobil Rendra terparkir.

Dan benar saja, Naka serta Julian sedang berusaha membopong tubuh Nalendra. Zafran yang melihatnya langsung meminta bantuan petugas membawakan ranjang dorong rumah sakit.

Setelah tubuh itu dibaringkan, Zafran langsung bertanya tentang apa yang terjadi. Lantas seorang berjas putih lainnya ikut mendekat. Ia segera memanggil nama pasien tersebut seraya berusaha mencari denyut nadinya.

"Ayo cepat selamatkan dia!" tegasnya membuat seluruh atensi terpusat padanya.

"Dokter Jordan ..."

"Bertahan, ya!" Jordan tak menghiraukan panggilan Zafran, ia langsung menunduk lalu berusaha menguatkan Nalendra.

Sedetik kemudian, semuanya dengan segera membawa Nalendra menuju ruangan IGD. Sementara kedua dokter tadi dengan cepat membagi tugas dan mempersiapkan alat.

***

Dengan pandangan yang sedih, Jordan memperhatikan seseorang yang terbaring dihadapannya. Ia kembali merendahkan posisi tubuhnya untuk bisa membisikkan sesuatu.

"Nalendra, dengar suara Dokter?" tanyanya seraya membantu Zafran untuk memulihkan kesadaran Nalendra. Ia terus memanggil pasiennya malam ini.

"Len?"

Sementara Zafran dengan pelan menggeleng lelah, ketika ia sekuat tenaga menolong Nalendra yang sempat mengalami henti jantung dengan alat AED.

"Len, ayo!" lirih Jordan.

"Lendra! Bismillah!" Zafran berucap sebelum kembali memulai tindakan medis selanjutnya.

"Dokter yakin kamu bisa ..."

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang