Part 20 : Teman Sekelas dan Rasa Kecewa

635 74 136
                                    

Kenapa baru sekarang kalian sadar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa baru sekarang kalian sadar?

Pagi ini kelas Nalendra terpilih untuk kedatangan tamu special. Semua yang sudah berada di kelas tentu sangat senang, karena mereka tahu sebab inilah mereka tidak akan belajar sampai jam pelajaran terakhir. Mengasyikan, bukan?

Dan kini telah berdiri ditengah-tengah semuanya, seorang yang sudah lama ditunggu oleh para siswa. Mereka sangat antusias dan kondusif saat Damar memperkenalkan diri. Ikut terhanyut kedalam sedikit ilmu yang Damar bagikan pagi ini.

Damar hanya memberikan sedikit pengetahuannya kepada para siswa perihal kesehatan mental lalu mengaitkannya pada hubungan persahabatan dengan self esteem.

"Sepenting itu, ya!" celetuk seorang siswa yang duduk paling depan, tentu ucapannya terdengar jelas oleh Damar.

Mendengarnya, Damar hanya tersenyum menanggapi.

"Hm, dan jika kalian sedang ada masalah dengan teman sekelas cepatlah selesaikan, minimalnya deh kalian harus akur dengan teman sebangku. Hal ini bisa berdampak loh pada tingkat harga diri jika memang terjadi perselisihan."

"Fif, lo sama Na–" bisik Alfa menoleh diam-diam pada Afif yang duduk dibelakang Azka.

Tanpa menanggapi Afif kembali fokus pada Damar. Handphone miliknya berkali-kali ia cek menunggu jawaban chat dari seseorang yang tak kunjung datang.

'Nalendra bolos lagi?' bisik hatinya. Merutuk ketidak hadiran Nalendra hari ini.

"Eum ... Izin bertanya!" ungkap Afif mengangkat tangan, dengan sahutan singkat Damar pun mempersilahkan.

"Apa ada cara untuk ... " ia memejamkan mata sejenak karena mendadak seisi kelas menjadi hening dan semua mata memusat padanya.

" ... Meningkatkan Percaya diri seseorang, disaat kita berperan sebagai temannya?"

"Tentu ada." jawab Damar. Ia berjalan mendekat lalu menjawab pertanyaan Afif, ia juga tidak sepenuhnya memfokuskan atensi pada Afif melainkan ia menekankan pada semuanya untuk menghargai teman sebaya yang berada dalam jangkauan mereka saat ini.

"Saya rasa, bisa dengan cara pendekatan yang lebih terbuka tanpa mengganggu privasinya. Maksudnya setiap orang pasti punya batasan untuk memilah mana yang boleh kamu fahami tentangnya dan mana yang hanya sekedar kamu cukup tahu saja."

"Tumbuhkan rasa percaya dan saling menerima. Mau berbagi perasaan dan pikiran serta melakukan aktivitas secara bersama-sama." lanjutnya.

"Dok, tapi dia sepertinya punya benteng yang kuat untuk ditembus. Dia tidak mudah untuk diajak bertukar fikiran, bahkan jika diajak berbicara saja ia tidak mau."

"Dia ngomongin temen sebangkunya, ya?" bisik siswa lain menyeringai.

"Pasti Nalendra ... " imbuh siswa yang duduk di pojok kelas.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang