Part 44 : Lancar Tapi Gagal

462 58 37
                                    

Janji ramein komentar? Yuk yuk yuk bikin aku seneng baca komen kalian.

Janji ramein komentar? Yuk yuk yuk bikin aku seneng baca komen kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baik-buruknya dirimu berasal dari dirimu sendiri. Tuliskan semua kisah yang kau anggap layak untuk dikenang suatu hari nanti.

✨✨✨

Sudah terhitung waktu 3 hari berlalu semenjak Fahri dan Nalendra bertemu sebelum akhirnya mereka mulai sibuk dengan tuntutan kegiatan masing-masing.

“Disini terus, Ma …”

“Iya, Mama gak kemana-mana … kenapa kamu melamun terus, Ri?” Mama bertanya seraya mengusap peluh yang terus menetes walaupun keadaan anaknya sedang berbaring. Ia berbisik untuk mengucapkan syukur saat Fahri kembali membuka suara, karena semenjak pagi datang anaknya hanya melamun menatap satu titik udara kosong.

“Akhh … makin lemes, Ma! S-sakit, mual banget …” ia mengeluhkan apa yang tubuhnya rasakan. Fahri sedang dalam keadaan demam sekarang, pantas jika tubuhnya terasa lemas dan sangat lemah.

Pergerakan pelan kini membuat pembaringannya berubah, ia meringkuk sambil terus memegangi erat selimut yang membalut tubuhnya. Ia merintih kesakitan ketika nyeri pada pinggulnya semakin berdenyut ngilu. Rasa pusing yang tadi hanya mengganggu sejenak kini datang lagi, bahkan pusingnya lebih parah. Penglihatannya menangkap pandangan di sekeliling terasa berputar-putar.

***

Siangnya sekitar pukul sebelas lebih, Rama dapat dengan lega menjenguk adiknya. Dengan bantuan Sean yang mendorong kursi rodanya, perlahan Rama mendekat lalu menyentuh pipi Fahri yang semakin mengurus.

“Ri?”

Rama sudah mulai merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman, kepalanya pun menoleh meminta penjelasan pada Sean.

“Dia kok tidur terus, Bang?”

“Kecapean …”

Dengan helaan nafas kecewa Rama memperlihatkan lengkungan bibirnya.

“Padahal Rama baru bisa jengukin dia …”

***

Sementara di SMA tempat Nalendra menuntut ilmu, kini sedang dilaksanakan ujian akhir sekolah.

Dan tepat pada pukul 1 siang ujian mata pelajaran hari ini telah usai. Nalendra tersenyum setelah ia dapat kembali duduk di meja ujiannya. Tubuhnya berbalik ke belakang dan mulai menyapa Afif.

“Huftt … selesai buat hari ini …” tenangnya yang diangguki Afif.

Belum sempat Afif memulai obrolan, tiba-tiba seseorang masuk setelah guru pengawas ujian ke luar kelas. Pemuda itu pun segera memanggil adiknya, “Len …”

“Kak Rendra. Kok Kakak gak nunggu di gerbang?” tanya Nalendra kebingungan. Dengan jelas Nalendra dapat melihat keringat itu di sekitaran leher kakaknya. Nafasnya menjadi lebih cepat dan raut wajahnya menunjukkan rasa tegang.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang