Anugerah terindah memang selalu tak terlihat, bahkan sering dianggap tak berharga.
Ketika embun pagi masih belum sepenuhnya hilang, sinar mentari pun masih terasa mendesak masuk melalui celah-celah jendela kamarnya.
Dengan seragam putih-abu yang ia kenakan, Nalendra berdiam diri terduduk menatap satu pusat di hadapannya. Ia seakan tidak penuh semangat untuk berangkat menuju sekolah.
Tas miliknya sudah mengantongi setelan kaos olahraga, percayalah itu hanya sebagai hiasan semata saja. Ia ingin sekali memakainya nanti namun belum yakin juga jika dirinya bergabung untuk berolahraga nafasnya masih tersisa.
"Dek? Yuk sarapan!" bujuk Nana yang baru saja memasuki kamar adik bungsunya. Menepuk pelan pundak berseragam putih tersebut dengan lembut.
Ia memberikan senyum hangatnya pagi ini, berharap mendapat balasan senyum juga darinya.
"Jangan sama bubur ... " pinta Nalendra dengan nada lirih.
"Kak Nana sudah coba resep baru, tinggal Nalendra menyantapnya saja. Kak Nana gak buat bubur lagi, kok." sendunya saat berbalasan tatap dengan netra gelap sang adik.
"Bekalnya?" tanya Nalendra masih tetap mempertahankan dirinya untuk tidak menengok pada Nana yang sudah berdiri di sampingnya.
"Nalendra bekal menu sehat tapi bukan bubur. Ayo makanya kita ke ruang makan!"
💉💉💉
"Yang bener aja, udah SMA masih bawa bekal. Tumben bukan bubur?" kekeh Afif mempermalukan Nalendra, menarik kotak bekal makan siang teman sebangkunya lalu diawang-awangkan ke udara agar seluruh kelas dapat melihatnya.
"Kembalikan ... " pinta Nalendra masih lembut, ia sedang malas berdebat dan masih memperhatikan gerak-gerik kurang ajar temannya.
Tentu semua yang melihat tingkah Afif pun ikut menertawakan Nalendra.
"Udahlah kasian, Fif! Nanti kalo dia kambuh gara-gara gak makan, kita yang kena." ucap Azka membuat Afif cepat-cepat mengembalikan bekal milik Nalendra.
"Nih, sorry, ya! Ka, Fa, kantin kuy!" ajaknya langsung di angguki.
Kini kelas berangsur sepi, saat seperti inilah waktu emas bagi siapapun berbondong-bondong menuju kantin. Namun tak semuanya yang menuju tempat makan tersebut, ada Nalendra yang tersenyum melihat bekal makan siangnya hari ini.
Walaupun cuman nasi dengan rebusan telur di tambah sewiran daging ayam, tapi baginya ini lebih baik dari pada bubur di hiasi sayuran wortel di iris dadu kecil.
"Terima kasih kak Nana ... "
Nalendra menghela nafas sebelum memegang sendok alumunium yang ia bawa sendiri lalu mulai berdoa. Ia bersyukur dengan menu siang ini, benar-benar langka baginya Nana mau memasak makanan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
enfermedad [END]
Fanfic✨ _________________________________ Haechan | Yangyang | Jisung _________________________________ Cerita tentang kita yang tak sempurna ✨ Saling menggenggam satu sama lain, Saling berangkulan untuk menghadapi tantangan, Tak peduli berapa juta detik...