Part 29 : Tidak Tentu

492 75 54
                                    

"Ayo baca doa dulu!"
"Buat apa?"
"Mau tidur, kan?"
"Artinya bikin takut ..."
"Ananta?"

Seperti kebanyakan orang, Ananta juga mempersiapkan segalanya untuk acara special hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti kebanyakan orang, Ananta juga mempersiapkan segalanya untuk acara special hari ini. Tampil dengan sehat sepertinya sulit untuk diwujudkan namun apapun itu ia harus tetap bertahan sampai acara selesai.

Kini acara sudah berjalan dengan lancar separuhnya, menghadirkan senyum manis yang terpancar tak mau luntur. Memperhatikan bagaimana banner yang terpasang di depan sana membuatnya merasa puas, melihat sepanjang apa perjalanan yang sudah ia lalui, bertahan hanya untuk ini.

Ia pun menghela nafas, mengalihkan pandangan sambil tangannya membuka makanan pada kotak miliknya.

Sebelum memakan apa yang tersedia, ia sejenak bersyukur untuk hari indah miliknya. Perlahan tangannya terulur untuk mengambil sebuah roti, membuka bungkusnya. Tiba-tiba senyum yang mengembang kini pudar, tatapan matanya terlihat panik saat satu tetes darah mengenai tangan kanannya.

"Nan? Lo–" ucapan Mirza terpotong.

"Bawa tissuenya, gak? Atau mau kebelakang?" ia lanjut bertanya dengan penuh kecemasan, tawarannya membuat Ananta melirik lalu tersenyum. Temannya malah menyeka kasar darah yang mengalir walaupun aliran selanjutnya mendesak untuk keluar.

"Za, gak usah. Acaranya sebentar lagi selesai, kan?"

"Iya, sih, tapi ..." Mirza bingung sendiri untuk membantu Ananta. Alhasil ia hanya memandangnya kasihan sambil mengusap bahu yang menunduk sibuk membersihkan darah mimisan.

Mirza terus memperhatikan teman disampingnya, ia ikut khawatir saat melihat cairan merah yang mengalir dari salah satu lubang hidung Ananta tak mau berhenti.

"Mau gw carikan tissue?"

"Gak usah ..." jujur, Ananta merasa malu dan tidak nyaman. Ia merasa lemah saat orang disekitarnya ikut terbebani.

Sebisa mungkin, Ananta menghapus darah yang masih mengalir menggunakan tangannya, menyimpan kembali kotak makan miliknya.

"Hadirin yang kami hormati, Demikian tadi acara Yudisium Mahasiswa/i Fakultas Psikologi, saya Rizky Adianto Mahendra selaku pembawa acara memohon maaf atas segala kesalahan dan kami sampaikan terima kasih atas segala perhatian, Akhirul kalam, Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh ..." ucap MC saat ini.

"Waalaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh ... Za, duluan, ya!" terlihat sekali jika Ananta berusaha menahan mati-matian untuk bertingkah biasa-biasa saja.

"Mau di anter?" tawar Mirza membuahkan gelengan.

Ananta langsung saja pergi membawa vandel beserta makanan miliknya yang tidak jadi tersentuh. Dengan langkah besar dan tergesa, Ananta langsung menjauh menuju toilet membuat sebagian orang memperhatikan tingkahnya.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang