✨
_________________________________
Haechan | Yangyang | Jisung
_________________________________
Cerita tentang kita yang tak sempurna ✨
Saling menggenggam satu sama lain,
Saling berangkulan untuk menghadapi tantangan,
Tak peduli berapa juta detik...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan pergi~"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💉💉💉
(Clue : bacanya pelan-pelan, diberi jeda tiap paragraf, hela nafas dulu biar ada feel. Oke gitu aja, makasih. Kalo sempet aku up lagi ... )
Pagi sekitar pukul sembilan lebih lima belas menit, Satria yang kembali akan menemani Ananta kini ia terkejut, saat adiknya sudah siuman. Memandang ke arah lain sambil melamun.
"Nan? Sebentar Mas ambilkan sarapan, ya!"
"Hm ... " dehemnya masih fokus memandang suasana luar yang terasa lebih bebas di mata dari tempatnya ia berbaring menerawang pada kaca jendela kamar.
Tak perlu waktu lama hanya beberapa menit saja Satria sudah kembali dengan sepiring makanan di tangan, lengkap dengan air minum pada gelas yang ia bawa.
"Makan dulu ... "
"Nan?" karena ucapannya tak kunjung dapat jawaban, akhirnya Satria menaruh makanan tersebut diatas nakas lalu beralih mendekat perlahan, ia berdiri menghalangi arah pandang Ananta yang tak mau beralih.
Terlihat semua sudut bibir adiknya tertutup rapat dengan tatapan kosong. Jari jemarinya meremat selimut. Kedua netra itu memandang tanpa kedip, masih tak menyadari keberadaan Satria.
"Ananta ... " panggil Satria yang akhirnya lebih mendekat lagi, duduk dipinggiran ranjang lalu telapak tangannya menyentuh pipi Ananta untuk mengalihkan wajah kaku itu.
"Kamu kenapa?"
Berdesir sudah darahnya disertai pacuan jantung yang semakin tak karuan saat netra yang mulai berair itu menatap netra penasaran milik Satria.
Ada rasa takut dan sesak mendengar pertanyaan itu.
"Semuanya sudah pergi?" pelan Ananta membuka suara.
"Siapa? Yang kamu maksud siapa?"
"Mas Fadhil, Mas Tanjung, Mas Lintang." jelasnya. Gerakan netra Ananta menatap gusar tepat di bulatan gelap pada mata Satria, menatap dirinya sendiri dari pantulan yang ia lihat disana.