Part 30 : Perlahan

520 77 18
                                        

Hampir lupa update ... 🙏

***

Aku Up!
Pagi tadi aku gak bilang kalau part ini berisi potongan spoiler yg ada dipart 29, tapi spoiler itu buat nanti 😌 munculnya dipart selanjutnya lagi. Hehe ... Makasih yang udah jawab benar. Aku gak bakalan ngasih tahu siapa, tapi pas aku baca jawaban yang bener seketika langsung 'oalah ... Update lagi dong malem nanti_-' tapi ya sudahlah 🙌

***

😭😭😭😭Aku kan bikin teka-teki buat di tebak 1 nama aja, kok malah di borong 😩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

😭😭😭😭
Aku kan bikin teka-teki buat di tebak 1 nama aja, kok malah di borong 😩

🌷🌷🌷

(Rekomendasi lagu : Sampai Menutup Mata)

Embun di pagi buta
Menebarkan bau basah
Detik demi detik kuhitung
Inikah saatku pergi?

***

Seorang wanita terus menautkan jari jemarinya yang mampu memberi kehangatan pada tangan dingin digenggamannya. Dapat dirasakan rasa dingin itu tidak mau menghilang pagi ini. Saat embun masih terlihat serta tetesan bulir-bulir hujan turun sedikit demi sedikit.

Posisi duduknya kini tak mau beralih sedari tadi, berusaha memberikan rasa hangat pada dinginnya tangan sang anak. Tak terlalu lama, kedua netranya memburam akibat dari banyaknya air mata yang terkumpul di pelupuk masih tertahan. Sedangkan hatinya terasa diremat sakit ketika mata terpejam dihadapannya tak kunjung terbuka untuknya.

"Ma, sarapan dulu, yuk! Biar Rama yang gantiin jagain Fahri." ucap Sean diikuti Rama di belakangnya.

"Sean, tangannya dingin terus. Panggilkan dokter untuk memeriksa ..." lirihnya sambil meraih tangan Sean yang berada disamping tubuhnya.

Ketika rungu Rama mendengar hal tersebut, ia langsung mengikis jaraknya dengan Fahri yang terbaring. Ia memperhatikan bagaimana alat disamping tubuh itu berfungsi sebagai mestinya. Telapak tangannya pun ia dekatkan pada dada yang naik turun sangat pelan. Sampai decakan putus asa terdengar.

"Panggil Dokter Zafran!" lontar Rama beralih memandang keduanya. Kedua tangannya berubah mengepal saat kedua netranya memandang pasrah sang adik.

Langkah kaki Sean kini tergesa-gesa keluar ruangan, berniat memanggil Dokter Zafran.

***

Seusai Lintang membantu adiknya kembali terbaring, kini disusul dirinya duduk dipinggiran ranjang. Mengambil satu mangkuk bubur yang masih hangat dari atas nakas.

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang