Part 50 : Bukan Pelukan Terakhir

701 54 6
                                    

Rencana liburan Nalendra bersama teman-teman sekelasnya berjalan lancar. Rendra dapat kembali meruntuhkan ketakutannya saat sang adik berada jauh dari jangkauannya. Ia memeluk erat adiknya yang bahkan baru saja turun dari bus.

"Kakak kangen ..." bisiknya yang bahkan seperti terdengar sebuah isakan.

"Kan pagi berangkat, sore pulang!" Kekeh Nalendra yang terpaksa menyimpan tas berat miliknya sejenak hanya untuk membalas pelukan erat Rendra.

"Wajar tahu! Yang lagi ngebucin juga baru 1 detik teleponan udah kangen. Apalagi Kakak!" ucap Rendra membela diri.

Ia sama sekali tidak ada niatan untuk melepaskan pelukan itu. Rendra ingin melapangkan hatinya yang lega setelah melihat Nalendra keluar dari bus.

***

"Gimana disana?" Tanya Rendra yang fokus menyetir.

"Berkesan banget!"

Tanpa diminta, Nalendra begitu saja mengalirkan ceritanya selama liburan tadi. Banyak hadiah juga yang ia terima dari teman-temannya. Ia menceritakan bagaimana dirinya diperlakukan kali ini. Rasa bahagianya tak terkira ketika kedua netranya memandang hamparan perkebunan teh yang sangat luas tadi.

Selama perjalanan Nalendra bercerita, Rendra hanya menanggapi dengan anggukan dan berusaha menjadi pendengar yang baik untuknya.

"Len?" Rendra sejenak memanggil ketika Nalendra sudah selesai dengan ceritanya.

"Hm?"

"Terima kasih ... sudah terlahir menjadi adiknya Kakak!" Rendra tidak berbohong atas ucapannya kali ini. Ia tulus berucap demikian. Walaupun ia tahu, teman kerjanya banyak yang memandang Rendra sebelah mata karena harus fokus merawat adiknya yang menderita kanker sampai-sampai banyak fitnah beredar bahwa Rendra mengabaikan kebutuhan pribadinya hanya demi Nalendra dan yang lain.

"Gak, Lendra yang makasih karena Kak Rendra udah ngizinin Nalendra pergi liburan ... kapan-kapan kita liburan berlima, ya!" Usul Nalendra menoleh pada kakaknya yang terlihat menunduk sambil berusaha mengedipkan kedua matanya berkali-kali.

"Ide bagus!" sambut Rendra menyetujui rencana adiknya dengan hangat. Ia menoleh sejenak pada Nalendra dengan tatapan mata yang memburam karena linangan air matanya.

Ini moment yang Rendra mau, merasa haru dan membuatnya bahagia jika dirinya bisa satu tujuan dengan sang adik, Nalendra.

***

Nalendra malam ini sedang membuka beberapa buku motivasi yang menjadi hadiah dari teman-temannya. Entah kenapa mereka memberikan buku-buku tebal tersebut, padahal Nalendra tidak suka membaca buku full teks, ia lebih suka yang bergambar seperti majalah atau komik.

"Percuma aja! Motivator terbaik di hidupku tetaplah Mas Ananta! Kini kehadirannya merupakan ketidakmungkinan yang aku harapkan menjadi nyata ..."

***

"Kita satu keluarga ... cerita kalau memang perlu! Mama akan bantu jika memang mampu ... " ucapan Mama yang mendapat peluk dari keempat jagoannya.

***

T B C

Huaaa makin pendek 😂😁

Part setelah ini panjang kok. Tapi nunggu hujan reda, oke. Kalo gak sekarang, besok pagi aku up!

enfermedad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang