chap 4

24.2K 204 0
                                    

Dua minggu semenjak kejadian itu aku selalu kepikiran tentang betapa besarnya milik pak dede. Ditambah aku selalu berada di dekat pak dede saat bekerja kadang aku suka mencuri kesempatan untuk melihat gundukan milik pak dede. Entah beliau sadar atau tidak aku tidak mengerti yang aku tau selama ini beliau nampak baik baik saja dan tidak mempermasalahkan. Aku kadang tidak konsen dalam bekerja yang mengakibatkan pak dede kadang sedikit marah kepadaku.

Tiba akhirnya pak dede menyadari ada sesuatu yang terjadi diantara kami. Beliau memintaku untuk menceritakan apa yang sedang aku pikirkan selama ini yang membuat pekerjaan kami sedikit kacau walau hanya kadang kurang kompak saja. Sebab pak dede orang yg perfeksionis jadi kerja apapun harus terlihat rapi walau sebagai tim.

Setelah jam kantor berakhir saat aku hendak pulang ke kontrakan ku yang tidak begitu jauh dengan hanya berjalan kaki 5 menitan. Pak dede menghentikan ku dan memintaku untuk naik ke motor menuju kostku.

"Han ayo naik motor bapak. Masih sore juga bapak mau bicara sama kamu! " Perintahnya.

"Mau kemana pak cuaca mendung seperti ini. Rehan juga mau segera pulang capek" kilahku.

"Ya sudah ke kost kamu saja. Ada yang ingin bapak tanyakan"

Dalam hati aku berfikir apa yang ingin pak dede katakan padaku . Apakah beliau marah dan tau kalau aku suka mencuri pandang di bagian itu.

"Baiklah pak . Tapi nanti mampir ke warung padang seberang ya. Mau beli makanan untuk makan malam nanti."

"Ya" jawab singkatnya.

Jarak kost dan tempat kerja tak begitu jauh . Jadi tak perlu waktu lama untuk sampai dan membeli beberapa lauk untuk aku makan malam nanti.

Sesampai dirumah benar dugaan ku bahwa hujan turun dengan lebat nya.

"Silahkan masuk pak begini keadaan kost rehan" ucapku sambil buka pintu. 

Walau aku sudah kenal lumayan lama dengan pak dede tapi ini pertama kalinya pak dede masuk ke kamar kost ku biasanya dia hanya mengantar sampai depan kost.

"Wah rapi banget han. Kaya kamar cewek" katanya

"Ini pujian atau apa sindiran ini " balasku

Ya walau aku seorang cowok tapi aku selalu membersihkan dan merapikan kostku setiap hari. Supaya aku betah menempatinya.

"Pujian han masa sindiran. Tapi cowok kok suka boneka?" Tanya pak dede

"Suka aja pak buat koleksi. Biar merasa ada temennya . Ngak kesepian " balasku dengan kecut.

Aku merasa kikuk dan canggung berada di posisi seperti sekarang ini. Dimana pak dede melepas baju nya hanya memakai singlet dan celana hitam nya. Entah mengapa bagian itu makin terlihat terekspos dengan jelas.

"Han punya kopi?" Tanya pak dede

"Kebetulan habis pak . Sebentar rehan belikan dulu kalau bapak ingin kopi" jawabku

"Sekalian rokok bapak ya han. Ini uangnya" sambil mengeluarkan selembar uang

"Iya pak. Tapi uangnya disimpan saja rehan belikan. Masa tamu nya yang keluarkan uang" jawabku.

"Makasih ya le " balasnya.

Walau di luar hujan deras aku rela untuk membelikan permintaan pak dede. Bagiku tamu adalah raja.

Setelah kembali dari warung aku nampak sedikit basah kuyup walaupun sudah memakai payung. Sebab hujan nya turun sangat deras. Walau hujan tapi udara disini masih nampak panas dan gerah.

"Maafin bapak ya han. Kamu jadi basah kuyup" ucap pak dede

"Ngak masalah pak. Udah kewajiban ini rokoknya pak . Rehan ganti baju dulu" ucapku.

Kostku memang kecil hanya ada dua ruangan. Kamar tidur dan kamar mandi dan ruangan kecil yang aku sulap sebagai dapur mini atau ruang tamu.

Aku merasa canggung saat hendak ganti pakaian di kamar mandi sebab pintu kamar mandi milikku tidak bisa ditutup rapat . Yang membuat orang yg berada di kamar bisa melihat ke dalam.

Setelah aku masuk aku buru buru untuk mengganti pakaian ku entah pak dede melihatnya atau tidak aku tidak perduli aku takut jika terlalu lama aku malah jadi sakit.

KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang