chap 23

14.6K 149 4
                                    

Hari hari kujalani dengan senyum mengembang. Selain aku bisa belajar tentang ilmu marketing dari pak dede. Akupun juga bisa belajar tentang kehidupan dari pak dede. Apapun masalahnya harus di hadapi. Seorang laki laki tidak boleh langsung menyerah. Aku belajar mendewasakan diriku agar tidak seperti anak kecil.
Pak dede pun senang melihat perubahanku yang semakin dewasa. Walau terkadang sifat asli manjaku ke pak dede masih sering muncul tapi baginya tidak mempermasalahkan nya.

Pandemic ini semakin menggila. Semua sektor terkena dampak nya. Tak terkecuali dengan pekerjaan ku. Kami harus memutar otak agar bisa mencapai target. Untuk pak dede selalu punya banyak cara untuk mengatasi ini semua.

Sesaat aku sedang makan siang aku mendapatkan telpon dari salah satu kakak ku.Dan akupun segera mengangkatnya sebab tidak biasanya kakakku menelpon jam segini.

"Halo le. Gimana kabarmu?" Tanyanya diujung telpon.

"Alhamdulillah baik baik saja mbak. Gimana kabar mbak sehat ?"

"Sehat le. Mbak sekeluarga sehat. Le mbak mau ngabari ibuk sakit kamu bisa pulang dalam waktu dekat ngak?. Ibuk kangen dirimu le. Pulang ya ?"

"Ibuk sakit apa mbak? Sudah berapa hari? " Ucapku sedikit teriak dan membuat pak dede melirik kepadaku

"Penyakit ibuk yang dulu kambuh sudah 3 hari ini. Kamu bisa pulang kan le. Ibuk nyariin kamu terus".

"Bisa pasti reyhan pulang mbak. Kenapa baru kasih kabar sekarang. Kalau tidak besuk atau lusa reyhan sudah di rumah . Reyhan test swab dulu untuk pastikan reyhan sehat disini aturannya seperti itu" ucapku.

"Ya le mbak tunggu dirumah."

"Mbak tolong jaga dan rawat ibuk dulu ya sebelum reyhan pulang. Nanti biar reyhan gantian yang jaga saat sudah di rumah" ucapku.

"Iya le mbak pasti jaga. Beliau juga ibuknya mbak sejak ibuk sakit mbak sudah nginep rumah ibuk"

"Syukurlah. Makasih mbak udah jaga ibuk"

"Mbak matiin ya le mbak mau nungguin ibuk. Kamu cepet pulang sudah lama ngak pulang ke sini"

"Ya mbak besuk pasti reyhan pulang. Kangen rumah 2 tahun belum bisa pulang"

Akhirnya telpon dimatikan . Pak dede sudah menghentikan makannya dan menatapku dengan penuh kebingungan melihatku panik

"Kenapa le. Kok seperti bingung begitu"

"Ibuk ku sakit pak . Reyhan harus cepet pulang besuk atau lusa".

"Gimana keadaannya sekarang ?".

"Belum tau pak reyhan tapi dirawat dirumah.".

"Ya sudah le doakan semoga baik baik saja. Sekarang kamu tenang . Makan dulu nanti sepulang kerja bapak bantu cari jalan keluarnya"

"Ya pak. Makasih ya sudah mau bantu reyhan"

"Tenangin dirimu le. Kita cari info bersama nanti bapak ijin ke ibuk tidur di kost mu ibuk pasti mengijinkan".

"Makasih pak reyhan sudah ngrepotin bapak" ucapku dengan mata menahan tangis.

Semua yang aku rasakan dan yang aku fikirkan semua menjadi satu. Sebenarnya aku sudah tidak nafsu makan tapi karna pak dede terus menyuruhku makan mengisi tenaga mau tidak mau aku terus menyuapkan nasi ke mulutku. Walau rasanya tetep hambar menurutku.

Saat kembali kerja pun aku sering melamun dan tidak fokus. Pak dede kadang harus mendekte ku untuk melakukan sesuatu. Walau dia nampak sedikit kesal. Tapi saat aku sudah melakukan dia kembali tersenyum. Otakku sudah mulai kacau memikirkan hal hal yang belum belum terjadi.
Pak dede mungkin mengerti apa yang aku rasakan dan aku pikirkan makanya dia tidak memarahiku sama sekali. Beliau sering mengangguk dan tersenyum menyuruhku tetap tenang dan mengisyaratkan bahwa semua akan baik baik.

Inilah sifat asli pak dede yang membuat aku semakin jatuh cinta semakin takut kehilangan bapak ku ini. Berada di sampingnya membuatku semakin dewasa semakin tenang dan semakin nyaman .

KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang