chap 8

20.7K 196 3
                                    

Semenjak kejadian itu apa yang aku rasakan makin kuat setiap hari hanya terbayang wajah pak dede. Kebayang kontol pak dede yang begitu menggoda. Sikap pak dede pun juga lebih lebih terbuka kepadaku. Bahkan dia selalu membelaku . Hingga membuat aku tidak fokus untuk kerja padahal pesanan kami sedang banyak banyak nya dan pak dede butuh bonus untuk pengobatan anak nya yang sedang sakit untuk di bawa ke dokter. Aku merusakkan barang milik konsumen. Pak dede begitu marah dan menyuruhku untuk tetap di mobil.

"Kamu kenapa le?. Setiap hari kerja tidak fokus ini bukan yang pertama kali bapak lihat!" Ucapnya saat di mobil box

"Ngak papa pak. Aku mau resign saja daripada bikin bapak marah dan rugi setiap hari"

"Kamu itu mikir apa. Cari kerjaan sekarang susah. Kamu marah ke bapak"

"Tidak pak aku tidak marah hanya sedang banyak fikiran" ucapku ketus.

"Tidak sayang dengan pekerjaan mu. Sudah setengah tahun kamu belajar"

"Tidak pak" ucapku cepat.

"Terserah kamu bapak juga banyak fikiran . Istri butuh uang. Anak sakit. Ganti rugi terus."

"Ya sudah uangnya saya ganti nanti . Gajiku cukup untuk semua nya kan. Aku masih punya simpanan" ucapku tak kalah sengit.

"Wong edan kon" sambil memukul stir.

Aku tidak perduli lagi dengan kondisi saat ini. Aku hanya bisa menghindar untuk tidak semakin menyiksa diriku. Dalam perjalan balik le gudang kami hanya bisa diam dengan pikiran masing masing.

Setelah sampai di gudang akupun langsung bikin kopi dan menyalakan rokok yang tadi aku beli. Walau ini pertama kalinya aku ngerokok rasanya bisa menghilangkan semua beban ku walau sebentar.

Aku hanya melihat pak dede menurunkan sendiri barang barang di truk. Aku tidak perduli lagi. Mau aku dipecat itu lebih baik biar aku bisa menghindar dan menghilangkan semua rasa untuk pak dede. Karna aku tau aku pernah sakit hati dengan laki laki dan membuat hatiku hancur berkeping keping.

Setelah jam kerja usai akupun segera kembali ke kost ku. Aku sudah bertekat untuk resign dari pekerjaanku. Teman teman kerjaku tidak mengerti kenapa sikapku berubah drastis.
Sebelum pulang aku mengirim pesan ke pak dede.

"Uang ganti ruginya nanti diambil saja di kost ku. Aku tunggu"

Tanpa menunggu balasan akupun berjalan menuju kost . Setelahnya sampai aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur.
Aku mencoba berfikir jernih sebenarnya semua bukan salah pak dede . Tapi kenapa aku harus marah kepadanya.

Beberapa saat kemudian terdengar motor pak dede yang berhenti di depan kostku. Aku segera bangkit dan mengambil uang simpanan yg aku taruh di kost  dan memasukkan ke dalam amplop. Pak dede segera masuk tanpa aku persilahkan. Sebab sudah terbiasa seperti itu.

"Ini pak uangnya saya harap cukup . Sambil menyodorkan amplop".

"Sebenarnya kamu kenapa le kok jadi uring uringan begini. Jadi berubah seperti ini. Bapak minta maaf kalau salah".

"Tidak apa pak. Saya harap uangnya cukup dan saya pengen sendiri" ucapku.

"Ya sudah kalau bapak ganggu. Tapi bapak hanya bisa kasih saran pertimbangkan baik baik dulu le"

Tanpa membalas aku hanya diam dan pak dede pun pergi setelah pamit.
Akupun segera menyalakan rokok lagi. Walau aku harus terbatuk batuk saat berusaha menghisapnya dan kemudian tidur saat setelah habis.

Entah berapa lama aku tertidur tiba tiba aku dibangunkan oleh pak dede dan hari sudah berganti malam.

"Kenapa balik kesini pak" ucapku kesal

"Bapak sudah mencoba menelponmu berkali kali. Tapi tidak diangkat dan uang yg kamu beri ternyata lebih dari uang ganti rugi tadi."

"Memang sengaja . Katanya bapak butuh uang untuk berobat anak". Jawabku

"Kamu ini le. Bukan begini caranya"

"Kenapa ? Bapak butuh uang buat berobat harus cepat di obati. Sedangkan andi sudah aku anggap saudara sendiri. Daripada harus pakai uang setoran dulu". Ucapku ketus.

" Kamu . Bukan rehan yang bapak kenal"

"Bapak ingin tau siapa rehan sebenarnya ?" Ucapku sambil mengancam

"Uangnya bapak terima dan bapak ganti saat gajian besuk".

"Bapak tidak tau siapa sebenarnya rehan"

"Bapak punya waktu semalaman untuk mendengarkan semua. Ibuk pergi kerumah orang tuanya beberapa hari. Untuk berobat andi. Uang darimu tadi juga bapak kasih. Tadi bapak antar ke terminal"

Aku hanya diam saat pak dede mengucapkan seperti itu. Semua sudah kepalang tanggung dengan semua ini. Mungkin saat tepat untuk pak dede tau siapa aku sebenarnya

KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang