chap 25

14.3K 154 1
                                    

Kami akhirnya makan nasi goreng di pinggir jalan. Setelah muter cari menu tidak ada yang sesuai.

"Tumben bapak mau makan di tempat seperti ini" ucapku.

"Pengen saja le. Sepertinya enak" jawab pak dede.

Aku hanya bisa tersenyum melihat pak dede. Begitu tampan dengan kemeja yg di balut jaket kulit hitam saat ini.
Pak dede pun juga membalas senyum ku. Hatiku bener bener meleleh di buatnya.

"Kita makan dulu le. Nanti kita cari info lagi. Kamu harus makan. Bapak ndak mau kamu ikutan sakit. Nanti kalau kamu sakit semua pekerjaan bapak kacau" ucapnya.

"Iya pak."

Aku tau pak dede bener bener sayang kepadaku. Dia sudah mau perhatian seperti ini saja aku sudah senang.
Kamipun makan dengan lahapnya.

"Sudah selesai le ?" Ucap pak dede.

"Sudah pak" jawabku.

"Ya sudah kita pulang bapak ingin yang terbaik untuk kamu dan semoga lancar sesuai dengan yang bapak inginkan"

"Terimakasih pak . Reyhan berhutang budi sama bapak. Bapak baik banget sama reyhan".

"Sama sama bapak juga senang punya kamu le. Nanti bapak di belikan rokok ya rokok bapak habis biar bisa berfikir jernih nanti"

"Siap. Nanti reyhan pijitin juga pak" ucapku ingin membalas kebaikan pak dede.

Kamipun segera pulang ke kostku tak lupa kami mampir ke warung untuk beli rokok dan kopi.
Setelah sampai di kostku pak dede langsung memastikan motornya aman dan menutup pintu kamar sebab hari sudah petang.

"Sini pak kopi nya aku panasin lagi" ucapku.

"Ya le".

Akupun segera membuatkan kopi baru pak dede.

"Kita mulai dari awal le dari yang dasar le . Kamu pulang naik apa?" Sambil menyalakan rokok.

"Bis lebih enak pak. Lebih dekat dari terminal ke rumah" ucapku.

Pak dede hanya mengangguk.

"Besuk bapak antar ke terminal".

"Untuk swab nya gimana kalau pulang besuk ndak mungkin kan. Harus lusa? Hasil swab nunggu 3 jam".

"Iya ini baru cari info rumah sakit . Di RS A bisa "

"Sudah daftar?"

"Sudah pak"

"Ok clear lagi "

"Berapa lama kamu disana nduk?" Tanya pak dede sambil menatapku tajam. ada rasa yg tidak bisa dia jelaskan . Suaranya juga sedikit tidak rela

"Sampai ibuk sembuh pak. Ngak tau berapa lama" ucapku sedih.

"Trus pekerjaan mu le ?. Kamu tinggal ?" Ucap pak dede yang kali ini bener bener parau dan khawatir.

"Itu yang sedang reyhan pikirkan pak. Kalau cuti mungkin hanya beberapa hari maksimal seminggu dari kantor. Tapi kalau memang seminggu belum sembuh reyhan juga tidak bisa meninggalkan ibuk. Reyhan akan tetap disana dengan konsekwensi keluar" ucapku sedih.

"Bapak ndak rela kamu keluar dari kerjaan." Ucapan pak dede dengan nada marah.

"Kalau kamu kelaur nduk ndak ada yang perhatian bapak lagi".

"Ya tapi harus bagaimana lagi pak. Ini konsekwensi reyhan harus memilih"

"Bapak akan usahakan untuk meminta keringanan dari kantor. Bapak akan minta orang kantor tetap memberikan ijin ke kamu sampai kembali. Walau bapak sendiri harus kerja sendiri lebih keras untuk mencapai target kita" ucapnya dengan mantap.

"Bapak mau melakukan itu demi reyhan?" Ucapku sambil airmataku jatuh karna terharu.

"Bapak akan melindungimu menjagamu nduk".

"Makasih pak . Reyhan malah menyusahkan bapak. Membebani bapak. Merepotkan bapak". Tangisku bener bener pecah

"Bapak ndak merasakan itu semua bapak seneng bantu kamu nduk. Sudah ngak usah nangis. Sini peluk bapak"

Akupun langsung meluk pak dede tanpa berkata apapun aku membenamkan kepalaku di bahu nya.

"Reyhan sangat sayang sama bapak"

Tidak ada jawaban dari pak dede. Pak dede hanya memelukku dengan erat

KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang