chap 6

22.4K 180 0
                                    

Dengan hati hati aku mencoba membangunkan pak dede. Dengan cara menggoyangkan bahunya. Walau sebenarnya aku ingin membelai wajah nya yang tampan tapi niatku aku turunkan namun saat menggoyangkan bahu nya aku merasakan lengan nya yang kokoh.

"Pak bangun pak mie nya udah matang"

Tak perlu waktu lama pak dede pun akhirnya bangun

"Maaf ya han bapak ketiduran . Bapak capek banget. Kalau sudah kenal sama bantal bapak langsung tertidur"

"Iya pak. Maaf rehan ganggu istiahat bapak. Mie nya keburu dingin "jawabku sambil tertunduk karna pak dede melongarkan ikat pinggang dan membenarkan posisi kontolnya.

"Kamu perhatian banget sama bapak. Enak juga punya anak sebenar dan seperhatian kamu han. Istri saya kadang tidak perhatian seperti ini." Ucapnya.

"Ya ibuk kan banyak kerjaan rumah pak" kilahku

"Seneng kalau punya istri yang seperhatian kamu begini mungkin bapak akan tambah sayang minta apapun bapak kasih" ucap pak dede sambil menyuap mie rebus ke mulutnya.

"Aamiin" ucapku dalam hati semua perkataan adalah doa makanya aku cepat cepat mengamini.

Andai saja bapak tau siapa rehan sebenarnya pasti bapak akan kaget. Tak banyak pembicaraan yang terjadi saat kami makan.

Selesai makan pak dede kembali menyeruput kopi hangat nya dan kemudian menyalakan sebatang rokok. Asap mengepul keluar dari mulutnya. Sedangkan aku sibuk dengan mencuci piring bekas kami makan tadi.

Di luaran sana hujan masih turun dengan derasnya. Membuat pak dede khawatir tidak bisa pulang.

"Kenapa pak? Kok gelisah begitu?" Tanyaku setelah selesai mencuci piring

"Takut ndak bisa pulang han. Hujan belum reda"

"Oh. Ya sudah ditunggu dulu biar reda pak. Nanti kalau hujan hujan bapak sakit. Kacau kerjaan nya" ucapku padahal di dalam hati aku berharap hujan jangan berhenti sampai besuk subuh.

Sudah pukul 8 malam namun hujan tak kunjung berhenti. Ada panggilan video call masuk di hp pak dede . Panggilan dari istrinya

" Iya buk ada apa?"

"Bapak dimana ? Kok belum pulang "

"Bapak masih di kost rehan buk. Hujan masih deres bapak lupa bawa jas dan rehan ngak punya jas hujan."

"Coba lihat pak rehan nya . Takut bapak di rumah istri muda! " Ucap istrinya

"Itu rehan. Mana berani bapak selingkuh buk. " sambil menunjukkan hp nya ke arahku.

"Ya sudah pak ibuk percaya. Disini hujan deras. Ibuk sudah ngantuk ngeloni andi . Kalau bapak pulang kunci di tempat biasa kalau sudah reda nanti . Tapi kalau hujan nya belum reda bapak tidur saja di rumah rehan"

Mendengarkan ucapan istri pak dede . Ada senyum simpul yang berkembang di bibirku. Namun ada rasa yang tidak bisa aku sebutkan antara senang bingung sedih

"Bapak juga pengen dikeloni buk" ucapnya

"Ya nanti kalau bapak bisa pulang bapak pulang tapi kalau tidak bisa bapak tidur disini"

Ada perasaan cemburu dan marah yang langsung keluar dari hatiku mendengar itu semua.

"Ya pak sudah dulu ibuk ngantuk. " Ucapnya sambil menguap

"Han jaga bapakmu jangan sampai ke rumah bini mudanya ya ?" Ucapnya lagi

"Siap buk 86 pokoknya". Ucapku sambil sedikit teriak dan cekikikan

Ada hal lucu disini pak dede ternyata suami suami takut istri. Yg membuat aku merasa sedikit geli mendengarkan percakapan mereka.

"Ibuk tutup dulu takut andi bangun pak"

"Ya buk" jawaban singkat pak dede

Setelah tlp di tutup pak dede sedikit melotot kearahku.

"Ndak usah ketawa le" ucapnya

"Iya pak maaf pak maaf".

Setelah kejadian itu kami sibuk dengan hp masing masing. Hingga setengah jam kemudian pak dede bangun dan menuju ke kamar mandi

Terdengar dengan jelas suara pancuran kencing pak dede yang membuat darah ku mendidih. Dari posisi tidurku saat ini aku bisa melihat air kencing itu jatuh dengan derasnya. Aku bisa melihat tubuh pak dede sedkit membelakangiku. Pikiran ku langsung kemana mana.

Setelah pak dede keluar dia langsung bilang.

"Bapak sepertinya tidur sini le. Hujan belum berhenti bapak udah ngantuk dan capek."

"Iya pak ngak papa tidur di kasur rehan situ saja rehan tidur disini". Ucapku sambil berpura pura fokus ke hp.

"Badan bapak capek banget le. Ini kena bau bantal saja bapak bisa tidur"

"Mau rehan pijiti pak ?" Ucapku

"Kamu kan juga capek le seharian kerja bareng bapak". Kilahnya

"Ngak papa pak biar bapak cepet istirahat. Aku juga belum capek. Nanti biar capek dan pulas tidurku" kilahku

"Ya boleh lah. Dipijit" ucapnya

Akupun segera bangun dan bergeser sedikit kearah pak dede untuk segera mijit tubuh pak dede yang masih menggunakan singlet dan celana panjangnya.

KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang