chap 36

11.8K 159 1
                                    

Setelah selesai mandi kami bersiap untuk mencari sarapan sebelum pak dede mengantarku ke terminal.

"Bur bubur. Bubur ayam" teriak penjual menjajakan dagangan nya

"Nduk bapak malas keluar sarapan . Beli bubur saja. sepertinya enak".

"Ya pak . Sebentar reyhan belikan".

"Bubur dua cak" ucapku memanggil pedagang.

"Alhamdulillah panglaris" ucap penjualnya.

"Lengkap... Pedes ?" Tanya penjualnya.

"Iya cak lengkap biasa saja pedesnya "

"Siap" ucap penjual nya sambil meracik bubur ayam pesananku.

"Monggo mas sudah jadi "

"Berapa cak "

"Seperti biasa Dua puluh ribu saja"

"Suwun cak" ucapku sambil mengambil 2 mangkok bubur

"Sami sami panglaris panglaris"

Aku segera masuk dan memberikan satu mangkok bubur ke pak dede.

"Dibikin kan kopi pak" ucapku

"Iya nduk makasih ya nduk " ucapnya sambil tersenyum.

Aku bergegas membuat kopi untuk pak dede. Dari tadi pak dede hanya memandang ke arahku memperhatikan jalanku.

"Masih sakit ta nduk " ucapnya.

"Apanya pak ?" Tanyaku bingung.

"Itu jalan mu seperti itu sedikit aneh" ucapnya sambil tersenyum.

"Sedikit. Sudah ah nanti keburu dingin buburnya segera di makan pak . Keburu siang juga. Nanti malah yang iya iya lagi".

"Hahahaha. Iya iya anak gadis bapak sudah pintar mengalihkan topik. Padahal baru dua kali bapak kasih ilmu turunan bapak"

"Bapak...... " Ucapku malu.

"Hahahaha" tawanya di sertai senyuman manis.  Mungkin di pikiran pak dede dia bangga bisa memperawani ku membuat jalan ku sedikit ngangkang dia juga bangga walau baru di buahi dua kali tapi sifat nya sedikit menurun ke aku langsung.

Saat kami menikmati bubur tak henti henti setelah menyuapkan bubur pak dede selalu memandangku dan tersenyum kepadaku.

"Kenapa bapak memandangku dan tersenyum kepadaku terus" ucapku kesal dan malu.

"Ndak papa terus bapak memandang siapa lagi. Disini hanya ada kamu.  Masa bapak harus memandang kamar mandi".

"Pagi pagi begini sudah melihat senyum manis bapak terus nanti kalau kelebihan reyhan bisa diabetes." Ucapku kesel.

"Loooo... Iya kan sudah pinter ngegombalin bapak. Mungkin bapak harus banyak kasih ilmu turunan bapak agar kamu bisa seperti bapak".

Aku langsung mendekat ke pak dede tak banyak bicara aku mencubit pinggang pak dede sambil meremas bagian selangkangan.

"Ahh.... " Erangan sakit pak dede.

"Nanti kalau dedek nya bangun awas loo ya nduk"

Akupun hanya cemberut.
Dan kamipun segera menghabiskan bubur ayam masing masing. Aku segera mencuci piring dan pak dede menyeruput kopi dan menyalakan rokok. Kulirik masih pukul tujuh. Masih ada waktu satu jam sebelum pak dede kerja dan mengantarku ke terminal.

"Semua sudah dibawa nduk" tanya pak dede.

"Sudah pak. Oh iya reyhan nitip kunci sama bapak ya. Ngak perlu dibersihkan hanya sering dilihat saja. Tapi jangan sampai lupa atau hilang"

"Iya nduk" sambil berdiri menuju kamar mandi.

Setelah itu aku mendengar pak dede sedang kencing disana.

"Nduk kesini sebentar".

"Ada apa pak" ucapku mendekat

Pak dede kemudian menarik tanganku.
Dengan kontol yang masih lemas yang keluar dari resletingnya pak dede memojokkan ku dan melumat bibirku dan lidahnya menerobos  masuk.

Aku langsung terbatuk batuk sebab masih ada asap rokok yang habis dihisap pak dede.

"Uhuk uhukk.. uhukk.. "

Pak dede hanya tersenyum dan tertawa.
Kemudian pak dede menghisap rokoknya lagi dan melumat bibirku lagi.

Ada rasa manis campuran rokok dan kopi di bibirnya.

"Nduk cium kontol bapak sekali lagi ya sebelum kamu pergi. Biar kamu tidak bisa melupakan bapak dan kontol ini" ucapnya sambil memegang kontol dan menghisap rokok nya.

"Nanti keburu siang bapak terlambat kerja " ucapku.

"Berarti kamu ndak sayang dan cinta sama bapak ya sudah". Ucapnya kecewa sambil hendak memasukkan kontolnya lagi.

Aku menarik nafas panjang entah mengapa sifat pak dede berubah saat ini. Seperti ngambek sifat manjaku nurun.

"Ya sudah sebentar saja kalau begitu " ucapku mengalah.

"Kontol bapak ingin di cium sebagai tanda perpisahan nduk."

Aku segera mencium kepala kontol pak dede walau sebenarnya masih ada sisa sisa air kencingnya. Membuat aku sedikit mual merasakan nya namun pak dede tidak perduli bahkan kontolnya makin mengembang dan membesar.

Dua puluh menit pak dede menggenjot mulutku dengan kontolnya dan menyemburkan sisa sisa pejuhnya di mulutku dia juga sudah 2 kali menyalakan rokok.

"Jilati pejuh dan kontol bapak nduk" ucapnya sambil menikmati sisa sisa orgasme nya.

Aku hanya pasrah melayani pak dede. Dan baru aku sadar selama ini pak dede sengorang yang kalem. Terlihat wibawa. Jarang marah. Tapi fakta membuktikan bahwa beliau adalah seorang hyper sex. Mungkin ini alasan istrinya sering tidak kasih jatah karna setiap kali dituruti selalu minta jatah lagi.

KEBAHAGIAANKU BERSAMA PAK DEDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang