"Li, kau nggak apa-apa?" Tanya Hanbin khawatir saat mereka sudah berada di dalam mobil Hanbin.
Hanbin menatap Lisa dengan penuh kekhawatiran. Hatinya terasa perih melihat kondisi Lisa yang penuh luka di wajahnya. Luka di wajah Lisa dikarenakan perkelahian antara dirinya dan Mario. Anak sekolah sebelah yang menantang Lisa balapan, lalu kemudian Lisa memenangkan pertandingan malam ini untuk kesekian kalinya, dan Mario kalah telak. Selalu.
"Seperti yang kau liat, aku masih hidup," jawab Lisa datar, ia sedikit meringis karena tulang pipinya terasa ngilu jika ia berbicara.
"Kau tahu? Setiap kau terluka seperti ini, aku juga ikut terluka Lisa-yaa..." Hanbin menatap Lisa. Ia khawatir sekali dengan gadis disebelahnya ini.
"Han, kau tak perlu khawatir," kata Lisa malas.
"Kau bisa beri tahu aku apa yang kau butuh dan aku akan mengabulkannya tanpa kau harus balapan seperti ini demi mendapatkan uang. Bahkan aku bisa menghidupkanmu dan mencukupi semua yang kau butuh, Lisa."
Kini Lisa menoleh, memicingkan matanya tajam. "Aku bisa mencukupi diriku sendiri, bahkan lebih dari cukup Han."
Memang benar Hanbin bisa melakukan itu semua. Appa-nya adalah pengusaha sukses dan Eomma-nya mempunyai restoran mewah di negara ini. Kedua orang tua Hanbin pun sudah menganggap Lisa layaknya anak sendiri, mengingat mereka hanya memiliki Hanbin dan mereka sangat menginginkan anak perempuan tapi mereka tak mendapatkannya.
Ketika Lisa memenangkan balapan ilegal ini, ia akan mendapatkan sejumlah uang yang besar. Dan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhannya selama ini, bahkan Lisa mampu membeli sebuah apartemen mewah dan mobil mewah dari hasil itu. Bisa dikatakan, Lisa bertahan hidup dengan uang hasil balapan itu. Lisa selalu menang, jarang sekali ia kalah. Dalam tiga tahun belakangan ini, Lisa memenangkan 149 pertandingan dan mengalami kekalahan sebanyak dua kali.
Semua orang mengatakan bahwa Lisa lahir untuk menjadi seorang balapan yang hebat.
"Aku akan mengantarkanmu pulang dan aku menginap di apartemenmu malam ini," ujar Hanbin.
"Kau menginap karena khawatir denganku? Han, aku baik-baik saja. Besok kita bisa ketemu di sekolah kan?" Lisa tahu apa yang sedang Hanbin rasakan saat ini.
"Aku tetap akan menginap. Aku sudah bicarakan ini dengan appa dan eomma, mereka mengizinkan ku seperti biasanya. Lagipula, aku tak tega dan tak pernah meninggalkanmu seorang diri dalam keadaan seperti ini bukan? Siapa yang akan membersihkan lukamu dan mengobatimu? Ku yakin kau pasti akan langsung tidur sepulang nanti dan mengabaikan semuanya." Ucap Hanbin yang fokus menatap jalan.
"Ya.. kau tahu sekali. But, thanks for always being there for me. Kau selalu membuatku merasa bahwa aku tak sendiri." Lisa merasa begitu beruntung memiliki teman baik seperti Hanbin, tapi di sisi lain, ia merasa bersalah karena tidak mampu membalas perasaan Hanbin.
"Aku akan ada kapanpun kau butuh, Lisa."
///////
Lisa tidak memasuki kelas pada hari ini. Ia hanya menaruh tasnya di bangku dan keluar sebelum guru masuk. Lisa sedang capek untuk belajar hari ini. Kejadian semalam membuat ia kehilangan banyak energinya. Lisa memutuskan untuk tidur di ruang musik seperti biasanya. Sebenarnya bisa saja Lisa tidak masuk sekolah hari ini, tapi ia sudah memiliki janji kepada seseorang kalau ia akan rajin ke sekolah dan tidak pernah putus sekolah sampai ia lulus nanti meskipun nilainya hancur.
Dulu Lisa hampir menyerah dengan semuanya, Lisa pernah tinggal kelas dan ia berniat menghentikan sekolahnya saja. Namun seseorang tidak menyetujuinya. Ia mengatakan bahwa pendidikan itu penting, Lisa tidak boleh berhenti begitu saja. Lisa yang keras kepala dan seenaknya ini hanya bisa takluk kepada dia. Lisa selalu mengikuti kemauan dia karena Lisa tahu, dia selalu tahu yang terbaik untuk Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...