CHAPTER 66

902 92 6
                                    

6 jam telah berlalu...

Lalisa masih berdiri di tempatnya. Tidak berpindah sedikitpun dari posisinya yang berdiri menghadap ke pintu kaca yang dikunci dari dalam. Operasi masih berjalan. Entah berapa lama lagi Lisa harus menunggu, namun tak masalah baginya.

Lisa telah bertekad tidak akan kemana-mana sebelum operasi Chaeyoung selesai. Lisa juga tidak peduli selama apapun ia menunggu. Jisoo dan lainnya ada di sana, duduk di kursi yang tersedia mendampingi Shuhua yang menangis dalam doa.

Meski Lisa tampak tenang dengan wajah datarnya tetapi di balik itu semua, tersimpan begitu besar ketakutan yang ia rasakan. Yang bisa Lisa lakukan hanya berdoa dan terus berdoa agar Chaeyoung diberi kekuatan untuk melewati semua ini di dalam sana. Lisa juga meminta maaf karena tidak bisa menemaninya di dalam sana, ia menyesali itu.

Helaan nafas gusar dari wanita jangkung itu terus terdengar. Kedua tangannya bergerak bebas di bawah sana, meremas ujung bajunya gelisah dan gugup. Ingin rasanya waktu berlalu cepat agar Lisa dapat bertemu kembali dengan gadis yang ia cintai itu.

Suasana sangat hening. Hanya saja, sesekali terdengar isakkan dari Shuhua. Wajar saja, Shuhua jauh lebih takut akan kehilangan putri satu-satunya ini. Chaeyoung adalah harapan dan tujuannya, Shuhua tidak tahu apa yang terjadi di hidupnya jika Chaeyoung meninggalkannya.

Sama seperti Shuhua, Chaeyoung pun telah menjadi alasan dan tujuan hidup Lisa. Park Chaeyoung sangat-sangat berarti bagi keduanya.

Apakah kalian masih ingat dengan Park Yoongi? Dia ayah kandung dari Chaeyoung dan dimana dia saat ini? Berdasarkan dari data informan Shuhua, pria itu sedang berliburan di Paris bersama keluarga barunya, lebih rincinya lagi, merayakan kelahiran putri pertamanya dari si wanita selingkuhannya.

Shuhua sudah tidak peduli dengan itu semua. Perasaannya untuk pria itu telah mati, hilang tak tersisa. Shuhua memang gagal menjadi istri yang baik, tapi ia tidak menyesalinya sedikitpun.

Paling tidak untuk sekarang, Shuhua telah berusaha menjadi ibu yang baik untuk Chaeyoung.

Dengan mata yang penuh air mata, Shuhua mengadahkan kepalanya menatap punggung Lisa yang tegap dan gagah berdiri di sana. Sudah berjam-jam Lisa berdiri di sana, tidak sedikitpun ia merasa lelah. Shuhua sangat bersyukur Chaeyoung dicintai oleh wanita seperti Lisa.

Shuhua tahu, perasaan Lisa untuk Chaeyoung tidak main-main sama sekali. Shuhua jauh lebih tenang jika Chaeyoung bersama Lisa, ia tidak khawatir sedikitpun. Lisa akan menjaga Chaeyoung sebaik-baiknya sekalipun nyawa menjadi taruhan. Semua orang bisa melihat betapa besar cinta yang Lalisa miliki untuk Park Chaeyoung.

Waktu menunjukkan pukul 12.45 malam. Lampu masih berwarna merah menyala. Lalisa masih terjaga di saat semuanya terlelap oleh kantuk. Operasi sudah berjalan kurang lebih sepuluh jam. Lisa masih belum menyerah sama sekali, sedikitpun. Ia begitu tekun dan sabar.

Sampai tepukan pelan pada pundaknya, membuat Lisa menoleh. Hanbin menunjukkan kantong yang berisi makanan berupa hamburger dan kentang goreng untuk Lisa dan yang lain. Hanbin tahu Lisa sama sekali belum menyentuh makanan apapun sejak pagi tadi.

"Kau belum makan apapun dari pagi. Ayo makan sama-sama,"

Lisa menggeleng pelan. "Kalian saja. Aku tidak lapar."

Hanbin menghela napas pelan. Bila Lisa sedang ngeyel seperti ini, Hanbin harus menjadi ibu-ibu yang cerewet untuk Lisa. "Lisa-yaa, kau harus makan, kau itu bisa—"

"Han, aku nggak lapar." Lisa memotong cepat dengan wajah yang malas.

"
Okay, aku letak di sana. Jangan biarkan perutmu kosong," ucap Hanbin pada akhirnya. Lisa sedang sensitif saat ini.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang