"Oppa!"
Akhirnya aku menemukannya juga. Tidak sia-sia aku mencarinya kesana-kemari, celingak-celinguk sepanjang jalan.
"Oh hey, Rose." Sehun tersenyum ramah kepadaku seperti yang selalu ia lakukan ketika bertemu aku.
"Kenapa? Kau memerlukan bantuanku ya? Aku sangat bersedia membantumu, Rose. Katakan saja, jangan sungkan-sungkan."
Ku lihat ia segera melepaskan ransel besarnya itu ke atas bawah dan menatapku dengan senyuman manis yang hanya menyisikan segaris matanya saja. Ia begitu bersemangat, dan selalu seperti itu ketika bertemu denganku.
"Anii, Oppa. Bukan begitu. Tapi aku hanya ingin mengucapkan permintaan maaf mewakili Lisa yang sudah membuatmu jatuh tadi. Lisa kebiasaan, dia tak bisa mengontrol emosinya." jelasku. "Oppa tidak ada yang luka 'kan? Kalau ada beritahu saja aku, aku akan memberikan obat yang terbaik untukmu. Tenang saja, itu gratis."
"Tidak tidak, Rose. Aku tak apa, tenang saja. Tidak usah khawatir seperti itu." senyumannya tak luntur sedikitpun.
"Benarkah? Syukurla kalau begitu, sekalilagi maafkan kejadian tadi." aku membungkukkan sedikit tubuhku.
"Aku sudah tak memikirkannya lagi. Tapi kenapa kau yang minta maaf, ini bukan salahmu. Kau tak perlu melakukan ini."
"Aku hanya merasa tidak enak saja. Karena Oppa berada di dekatku, Oppa jadi berurusan sama Lisa seperti ini. Oh iya, Oppa. Terimalah ini sebagai ganti atas kejadian tadi." aku menyodorkan sebuah minuman kaleng soda kepadanya.
"Sungguh, tak apa, Rose. Simpan saja." tolaknya.
Aku menggeleng cepat, lalu menarik tangannya dan meletakkan diatas telapak tangannya yang lebar. Setelah itu aku berlari meninggalkannya agar Lisa tidak melihat aku yang sedang berinteraksi dengan Sehun oppa. Bisa kacau kalau Lisa melihat ini. Bisa-bisa Sehun oppa terluka lagi dan aku tak mau itu terjadi.
"Eh..."
Samar-sama aku mendengar suaranya dari belakang. Tetapi aku tak menghiraukannya lagi. Meskipun minuman itu pasti tidak setimpal dengan rasa sakit yang dibuat oleh Lisa tadi, setidaknya Sehun oppa tidak marah apalagi dendam kepada Lisa.
Aku berlari secepat mungkin agar tiba di tenda. Namun karena asyik berlari aku malah menabrak orang dan berakhir terjatuh dengan bokong yang mendarat dahulu. Aku meringis kesakitan.
"Hey kau!" bentakkan itu membuatku mendongak menatapnya.
"Apa-apaan kau ini? Kau baru saja menabrak ku! Apa kau tak tau kalau ini sangat sakit?!" ia memegang bahunya yang sakit karena tidak sengaja ditabrak olehku. "Bagaimana kalau tulangku patah karena kau?!" ucapnya dengan nada yang semakin meninggi.
Aku bangkit dengan susah payah. Orang itu tidak membantuku sama sekali. Sangat tidak berperikemanusiaan sekali.
"Sorry, aku tidak sengaja menabrakmu. Lain kali aku akan berhati-hati, mianhe." aku menunduk, tak berani menatap wajah garang itu.
"Ck! Siapa namamu dan kau dari kelas mana?" tanyanya dengan sura ketus.
Aku pun ketakutan, lalu dengan suara gemetar aku menjawab, "Namaku Rose."
"Rose?" ulangnya sembari mengernyit. Lalu sedetik kemudian ia melipat tangannya di depan dada dan menatapku semakin angkuh. "Kau wanitanya Lalisa?"
Mendengar nama Lisa aku mendongak menatapnya dengan bingung. Ia malah membuang muka dan berdecak lagi.
"Bagaimana bisa selera Lisa kurus kering seperti kau ini? dan kau juga sedang didekati sama Oh Sehun 'kan? Cih, selera mereka buruk sekali."
Ia melewati begitu saja dan dengan sengajanya ia menubruk bahu ku dengan kuat hingga aku hampir terjatuh lagi. Tidak lama setelah itu aku mendengar sebuah suara yang membuat aku langsung menoleh karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
Fiksi PenggemarPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...