CHAPTER 58

797 105 0
                                    

"Apa kau ingin makan sesuatu?" tanya Lisa lembut menatap gadis yang ia cintai dengan senyum hangat di bibirnya.

"Aku mau pancake dan brownis, juga chesse cake," kata Chaeyoung lemah membuat Shuhua yang sedang memeriksa infus terkekeh kecil.

Lisa menggaruk kepalanya yang tak gatal begitu mendengar keinginan Chaeyoung. Mendadak Lisa menyesal menanyakan itu. Kondisinya saja belum pulih tapi sudah ingin makan yang tidak-tidak.

Lisa heran, disaat keadaan seperti ini kenapa Chaeyoung bisa kepikiran dengan makanan-makanan itu? Lisa menggeleng pelan dan tertawa kecil. Ia mengecup punggung tangan Chaeyoung sekilas.

"Kenapa? Kau tak ingin membelikan untukku?"

"Tunggu kau sembuh. Aku akan beli semua makanan yang kau mau tapi janji, kau harus segera pulih dulu." Lisa menunjukkan jari kelingkingnya pada Chaeyoung.

"Aku hanya sebentar, Lisa-yaa..." lirih Chaeyoung pelan. Ia menurunkan jari Lisa.

"Sebentar???" Lisa mengernyit bingung.

"Apakah sudah ada orang yang akan mendonorkan jantung untukku? Belum kan?" gumam Chaeyoung tenang.

Shuhua terhenti dan menoleh menatap Chaeyoung yang bahkan bersikap sangat tenang saat ini. Tidak ada ketakutan di matanya. Chaeyoung begitu tegar.

Shuhua melangkah mendekati Chaeyoung. Membelai rambutnya dengan penuh kelembutan.

"Kita akan segera menemukan orang itu," ucapnya.

Chaeyoung menggeleng pelan. "Bisa melihat kalian lagi, aku merasa sangat senang."

"Hey, kau akan terus melihat aku juga Ahjumma." Lisa mengelus tangan Chaeyoung dan tersenyum manis padanya.

"Chaeng, eomma harus kembali ke ruang kerja. Dokter Baekhyun mengatakan ada seseorang yang ingin menemui eomma. Kau disini dulu bersama Lisa ya?"

Chaeyoung mengangguk iya. Shuhua pun melangkah keluar dari kamarnya menyisakan Lisa dan dirinya berdua di ruangan seluas ini.

Setelah Shuhua keluar dan pintu tertutup, ia mengalihkan pandangannya ke Lisa. Mata teduh Lisa menatapnya dengan hangat dan Chaeyoung suka itu. Ia merasa bahagia dan sangat bersyukur sekali bisa melihat mata dan senyum ini.

"Bibirmu tidak pegal karena tersenyum terus daritadi, Li?" tanya Chaeyoung polos.

"Anii." Lisa menggeleng cepat dan semakin mengembangkan senyumnya.

Siumannya Chaeyoung membuat Lisa merasa sangat senang dan bahagia. Tidak ada kata yang cukup untuk menjelaskan betapa bahagianya Lisa saat ini.

Melihat mata gadis yang ia cinta terbuka sempurna, mendengar suara lembut Chaeyoung, Lisa sangat bahagia.

"Apa kau tidak mandi? Kenapa kau terlihat lusuh seperti ini?" tanya Chaeyoung lagi.

Ia sungguh merindukan sosok ini. Sangat. Dan rasa bahagianya semakin meluap-luap begitu melihat Lisa dihadapannya saat ini dan mengenggam tangannya lembut.

"Kau baru sadar tapi sudah mengejekku," cibir Lisa.

"Aku mengatakan yang sejujurnya," balas Chaeyoung tak mau kalah.

"Aku bahkan tidak sempat menyentuh makanan karena sangat menunggumu."

"Pantas saja kau menjadi kurus kering seperti ini." Chaeyoung tertawa kecil. Ia tidak bisa tertawa sesukanya dan melakukan apapun selain baring. Jantungnya terasa nyeri.

"Biarkan saja. Aku tetaplah mempesona dan menawan dan yang penting kau mencintaiku, itu yang paling penting saat ini," kata Lisa dengan bangganya.

"Yaa, hanya aku yang mencintaimu sedangkan kau tidak." Chaeyoung membuang mukanya, enggan menatap Lisa.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang