"Aku pikir kau adalah ilusi yang ku ciptakan sendiri tapi ternyata kau benar-benar nyata dan aku tidak sedang berhalusinasi."
.
.
.
"Wae?" gumam seorang wanita berambut pendek itu tanpa membalikkan badannya.
Chaeyoung menelan ludahnya dengan susah payah, meremas sisi roknya cemas. Haruskah ia bertanya?
"Itu... errrm... kau—"
"Ikut aku!" ia memberi titah lalu melanjutkan langkahnya. Namun ia tidak merasakan Chaeyoung mengikutinya di belakang. Mau tidak mau ia harus membalikkan tubuhnya dan menatap wanita berambut pirang itu yang kini masih diam termenung di tempat.
Dia kembali menghampiri Chaeyoung dan tanpa izin dia menarik tangan mungil itu pergi dari sana. Chaeyoung tidak bertanya sebab ia sedang mempersiapkan diri dengan apa yang akan ia lakukan.
Hingga dia berhenti di tempat loker, dia melepaskan tangannya dengan posisi masih memunggungi Chaeyoung. Alis Chaeyoung bertautan bingung kenapa dia membawanya ke loker ini dan dia pun tidak berbicara apapun.
"Kau—"
Ucapan Chaeyoung harus berhenti ketika dia membuka loker dengan sedikit kasar, mengambil sebuah seragam olahraga dan menyodorkannya kepada Chaeyoung. Dengan sigap dan sedikit terkejut tentunya, Chaeyoung menerima seragam itu, matanya masih menatap dia.
"Gantilah bajumu dengan seragam itu. Itu milik Lisa, kau pakailah. Tidak mungkin kau mengenakan baju kotor itu saat belajar."
Chaeyoung menahan lengan ketika orang itu berbalik setelah menutup dan mengunci kembali lokernya.
"Yeri."
"Aku tidak punya banyak waktu untukmu, Chaeng." ucap Yeri telihat berusaha ketus.
"Aku hanya ingin bertanya tentang Li—"
"Tunggu. Sebelum itu, bolehkan aku lebih dulu bertanya padamu?" potong Yeri cepat, kini ia kembali menatap Chaeyoung. Ia menepis tangan Chaeyoung pelan. Chaeyoung mengangguk setuju.
"Sejauh apa hubunganmu dengan Sehun? Kau menyukainya?"
"Kami hanya teman, Sehun oppa sedang memperjuangkanku, dia sungguh-sungguh padaku. Aku belum memberi jawaban apapun padanya." jelas Chaeyoung.
"Apa kau menyukainya? Mian, bukannya aku ingin ikut campur urusanmu tapi—"
"Lisa yang menyuruhmu menanyakan ini?" tebaknya.
"Anii." Yeri menggeleng mantap. "Kau mengharapkan itu Lisa?"
"Apa kabar Lisa? Seminggu ini aku tak melihatnya, apa dia baik-baik saja?" Hal yang sangat ini Chaeyoung tanyakan tersampaikan juga akhirnya. Ia tidak bisa menahannya lagi.
"Tentu, Lisa sangat baik saat ini. Meski kau menyuruhnya jangan hadir di hidupnya lagi, dia tetap baik-baik saja. Aku hanya bingung sama kau, kenapa kau melakukan itu padahal sebenarnya hatimu tidak ingin Lisa pergi 'kan?"
"Kau belum selesai menjawab pertanyaanku, Chaeng. Kau masih berharap jika itu Lisa?"
Chaeyoung tersenyum tipis, "Tidak, kau 'kan teman dekatnya jadi ku pikir kau bertanya karna Lisa. Aku merasa setiap kali aku berurusan dengan Sehun, Lisa terlalu ikut campur. Padahal dia sama sekali tidak punya hak apapun untuk mencampuri urusanku. Lagipula aku juga tidak pernah mencampuri urusannya."
Yeri menatap Chaeyoung tajam, lalu mengangkat salah satu ujung bibirnya, tersenyum remeh. "Kau tidak mengerti. Ya, ini memang rumit. Tapi, anggap saja aku memberitahumu karena kita adalah teman. Buka mata kau lebar-lebar, Chaeng. Yang terlihat baik belum tentu baik dan yang kau tidak lihat belum tentu juga itu tidak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...