CHAPTER 41

624 81 0
                                    

"Seharusnya aku bahagia ya? Tapi aku tidak merasakan kebahagiaan itu. Kenapa?"

.
.
.

Gadis blonde dengan sweater berwarna krim yang dipadu dengan celana jeans panjang hitam tengah duduk di tribun menatap para lelaki yang sedang melakukan pemanasan di bawah sana.

Hari ini Chaeyoung menemani Sehun berlatihan karena turnamen tinggal dua hari lagi. Sebenarnya Chaeyoung tidak mau datang karena ia tidak begitu tertarik dengan olahraga, ia lebih senang bermain gitar yang diberi Lisa sepanjang hari di dalam kamar. Namun melihat Sehun yang sangat berharap ia datang menemaninya, Chaeyoung jadi merasa tidak enak. Padahal sebenarnya ia masih kesal dengannya karena kejadian kemarin.

Chaeyoung tahu itu adalah salah Sehun karena tiba-tiba saja ia menyeret Lisa ke depan kelas dan memukulnya. Lisa tidak bersalah sama sekali. Awalnya ia pun kesal dengan sikap Lisa yang tiba-tiba mengusir Sehun dari kelas, sementara sebelum-sebelumnya dia tidak pernah sampai mengusir Sehun seperti itu.

Joy berusaha menjelaskan kepada Chaeyoung, ia mengatakan bahwa sebenarnya ia juga mendengar bisk-bisik dari anak-anak lain, mereka setuju dengan Lisa dan memang benar, kelas bukanlah tempat untuk bermesra-mesraan jadi wajar saja Lisa sebagai ketua kelas mengambil tindakan.

Dan, Chaeyoung tidak lupa dengan kalimat yang Lisa ucapkan waktu itu. Ucapan Lisa terekam jelas diingatannya.

"Karena... Chaeng tidak suka... dengan kekerasan...ukhukk."


CHAEYOUNG POV

Lisa, dia tahu aku tidak meyukai kekerasan. Dia menahan dirinya untuk tidak melawan Sehun yang jelas-jelas bersalah pada waktu itu. Meskipun telah dipukul, Lisa tetap diam sampai saat itu Sehun membentakku, Lisa tidak membiarkan itu.

Dia tidak terima jika aku dibentak dengan kasar oleh Sehun. Aku mengerti, waktu itu Sehun sedang emosi sehingga ia tidak sengaja membentakku. Lisa bertindak begitu Sehun membentakku, dia tidak tinggal diam seperti sebelumnya.

Perlakuan Lisa hari itu membuat aku memikirkannya lagi di sepanjang hari. Ku rasa dan menurut sepenglihatan ku, Lisa sangat peduli padaku. Bukankah begitu? Lisa suka sekali memberikan harapan untukku, sekecil apapun itu.

Namun kali ini, aku telah bisa mengontrol diri untuk tidak terlalu mengharapkannya, aku terus menyadarkan diri ku sendiri bahwa Lisa tidak akan pernah mencintaiku dan akan selalu begitu.

Sebab aku sudah membuat pilihan yang ku rasa tepat, seiring berjalannya waktu perasaan itu akan hilang dan aku tidak boleh terus memaksakan diri karena dengan memaksa nyatanya sama sekali tidak berhasil sedikitpun. Jadi, ku putuskan untuk jalani saja, biarkan mengalir seperti air.

Aku tidak bisa terus menerus memikirkan Lisa lagi, karena aku sudah memiliki seorang kekasih, Oh Sehun. Aku harus menjaga perasaannya. Setidaknya kemarin aku sudah menjaga perasaannya dengan menolong Sehun saat ia terjatuh karena Mina, padahal sesungguhnya aku tidak ingin menolong Sehun, melainkan sangat ingin menghampiri Lisa.

Rasa khawatir dibenak ku jauh lebih besar untuk Lisa dan semuanya hanya untuk Lisa. Sedikitpun tidak ada untuk Sehun. Namun, lagi-lagi aku harus menyadarkan diriku lagi, Oh Sehun adalah kekasih ku.

Andai saja Lisa tahu betapa khawatirnya aku, betapa terlukanya aku melihat ekspresi datar nan dingin itu menahan sakit hingga keringat bercucuran membasahi wajahnya. Juga, sorot mata yang tajam mensusuk siapapun yang menatapnya, dan saat itu matanya terpejam menyisakan sedikit celah untuk ku tatap manik cokelat itu. Iya, hanya sedikit.

Mata itu hampir terpejam karena aku rasa ia tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Lisa, aku sungguh ingin tahu apa yang terjadi padamu? Dimana sosok Lisa yang selalu kuat, gagah dan berani itu? Sosok yang selalu melindungiku dari bahaya apapun dan selalu berhasil melindungiku jika aku terluka atau tersakiti oleh siapapun.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang