CHAPTER 40

770 75 8
                                    

Pagi ini seorang gadis berjalan santai ke tempat pemberhentian bus untuk menunggu kendaraan umum itu menjemput dan membawanya ke sekolah. Chaeyoung, gadis itu bersenandung kecil mengikuti lagu yang ia denganrkan lewat earphone-nya.

Entah kenapa pagi ini, ia ingin sekali menaik bus selain karena supirnya sedang izin sakit, ia ingin berangkat sendiri meski Shuhua sempat ingin mengantarnya. Chaeyoung tidak mau membuat Shuhua lelah. Ia tahu ibunya itu baru pulang ke rumah sekitar jam 1 dini hari.

Begitu bus berhenti, Chaeyoung pun masuk dan memilih tempat duduk di dekat jendela. Keadaan bus pada pagi hari ini masih sepi karena Chaeyoung sengaja berangkat lebih pagi. Selain itu, Chaeyoung ingin sekali membeli pancake yang terletak tidak jauh dari sekolahnya. Hanya perlu berjalan sekitar lima menit saja.

Usai melewati lima belas menit perjalanan karena bus yang Chaeyoung tumpangi bersinggah-singgah untuk menaiki maupun menuruni penumpang, kini ia tiba di halte sekolah. Untuk menggapai toko pancake itu ia harus menyebrangi jalan yang mulai padat karena jam sekolah dan jam orang-orang berangkat ke kantor.

Bicara soal pancake, tiba-tiba saja Chaeyoung mengingat saat ulang tahunnya Lisa membelikannya satu kotak pancake yang memiliki banyak sekali varian rasa. Kata Lisa itu ia jadikan sebagai kado karena ia tidak tahu harus mengadoinya barang apa. Lisa juga memberinya bunga mawar yang cantik tersusun rapi di dalam kotak hitam elegan.

Dan bunga itu sampai saat ini masih dirinya simpan meski mawar itu sudah layu, tetapi belum membusuk. Chaeyoung tidak mau membuangnya selagi masih bisa ia simpan.

Lagipula sejauh ini, hanya bunga mawar itu yang menemani dirinya sepanjang malam ketika ia merindukan sosok Lisa. Dan juga, gitar kecil dari Lisa waktu mereka mendatangi pantai Haeundae dulu. Pantai itu menyimpan banyak kenangan antara dirinya dengan Lisa.

Sampai detik ini juga, Chaeyoung belum mampu mengikis semua kenangan itu meski hanya sedikit, tidak ada yang dapat ia lupakan sekecil apapun itu. Mungkin kenangan itu memang harus diingat dan dikenang serta dikubur dalam-dalam. Karena semakin Chaeyoung mencoba melupakan maka ia akan mengingat semakin jelas momen bahagia itu.

Iya, bahagia. Setiap hal, setiap kejadian yang ia lalui bersama Lisa, ia bahagia. Bahkan sampai sekarang juga, memikirkan Lisa saja menjadi kebahagiaannya.

Chaeyoung meyakinkan dirinya untuk tidak memaksakan diri lagi seperti memaksa untuk harus melupakan Lisa, harus menghilangkan perasaannya atau semacamnya supaya tidak ada kaitannya dengan Lisa lagi.

Karena seperti yang dikatakan, semakin ia mencoba melupakan maka semakin jelas pula kenangan itu melekat, begitu juga dengan perasaannya.

Biarkan semuanya mengalir sampai masanya selesai, semua akan menghilang perlahan-lahan terkikis oleh sang waktu.

Chaeyoung menyimpan ponselnya ke dalam tas yang menyamping di bahunya agar memudahkannya untuk memilih pancake, membayarnya dan menentengnya. Ia mulai melihat-lihat kue mana yang menarik perhatiannya untuk dimakan, karena selain enak, bentuk yang unik dan cantik juga masuk ke kriterianya.

Chaeyoung harus membungkukkan badannya untuk melihat semua deretan pancake yang sangat lucu dan lezat, bola matanya bergerak ke kiri dan kanan bahkan kepala dan badannya juga ikut berpindah. Terlalu asyik melihat-lihat hingga ia tidak sadar menabrak perut seseorang yang sontak langsung membuatnya kaget.

Lantas ia mendongakkan wajahnya melihat perut siapa yang ia tabrak dan sialnya, perut orang yang ia tabrak adalah Lisa. Chaeyoung merutuki dirinya sendiri, pagi-pagi sudah berbuat malu dan konyol saja.

"Mi-mianhe." cicit Chaeyoung malu.

"Tidak apa." ucap Lisa singkat. "Kau beli pancake juga?" Lisa mendadak canggung.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang