CHAPTER 49

746 100 10
                                    

"Mencintaimu adalah suatu anugrah terindah yang Tuhan berikan sebelum aku berakhir di bumi."

Tiga hari telah berlalu. Sesuai prediksi yang dokter katakan bahwa Lisa akan bangun hari ini. Chaeyoung semakin bersemangat menemani Lisa, mendampinginya setiap saat. Ia raih tangan Lisa dan selalu mengenggamnya seolah Lisa hanya miliknya di dunia ini, tidak ada yang boleh mengambil Lisa darinya.

Sejak semalam Chaeyoung memainkan gitarnya di sisi ranjang Lisa. Ia ingat betul kalau Lisa sangat menyukai melodinya dan Chaeyoung sama sekali tidak keberatan untuk memainkan melodi-melodi indah itu sepanjang hari dan malam untuknya. Ia petik senar gitar itu tanpa mengalihkan matanya dari Lisa. Senyum manisnya terukir di bibirnya, agar begitu Lisa bangun, senyuman itulah yang menyambutnya.

Sepanjang hari, sepanjang malam ia habiskan untuk menemani Lisa. Bernyanyi untuknya, memainkan gitar di hadapannya juga bercerita betapa ia mencintainya dan takut sekali untuk kehilangannya. Juga takut, ketika ia tidak bisa menemani dirinya sampai benar-benar sadar.

Chaeyoung benar-benar merindukan Lisa. Ia tidak bisa melihat Lisa yang hanya berdiam sepeti ini. Chaeyoung tidak sabar untuk menatap iris cokelat itu dan juga suara Lisa yang khas sekali dipendengarannya. Bagaimana Lisa memanggilnya, bagaimana nada dingin dan datarnya dan yang paling Chaeyoung sukai adalah ketika Lisa mengatakan ia akan melindunginya dan selalu ada untuknya. Chaeyoung sangat merindukan wanita yang ia cintai ini.

"When somebody love me..."
(Saat seseorang mencintaiku...)

"Everything was beautiful"
(Segalanya terasa begitu indah)

"Every hour we spent together lives within my heart..."
(Setiap jam yang kita habiskan bersama kusimpan di dalam hatiku...)

Lagi-lagi senyum yang ia pertahankan perlahan-lahan melengkung ke bawah, Chaeyoung menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya dalam-dalam agar tangisannya tidak pecah. Ia tahu Lisa menyukai suaranya, Lisa adalah satu-satunya orang yang memujinya dan Chaeyoung melihat kejujuran dari matanya.

Chaeyoung rindu, rindu akan kebersamaan singkat waktu itu. Rindu pelukannya, matanya, segala hal yang ada dalam diri Lisa, ia rindu...

Lisa adalah orang pertama yang menyukai melodi gitar dari jari-jarinya dan suaranya. Chaeyoung bernyanyi untuk Lisa agar ia bisa segera sadar. Rindunya sudah menumpuk di ulu hati.

Ia kembali mengangkat wajahnya, menatap Lisa dengan mata yang sembab. Kemudian ia menarik bibirnya untuk tersenyum lagi. Membiarkan airmatanya menetes kembali.

"And when she was sad, I was there to dry her tears..."
(Dan saat dia sedih, aku ada untuk mengusap air matanya.)

"And when she was happy, so was I when she loved me..."
(Dan saat dia bahagia, begitupun aku ketika dia mencintaiku...)

Tanpa menghilangkan senyumnya, Chaeyoung meraih tangan Lisa untuk dikecupnya. Cukup lama. "Aku mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu," ujarnya teramat pelan, tulus dari hati terdalamnya. Airmatanya mengucur semakin deras.

Terisak dikehingan yang menyelimuti keduanya, dengan kedua bahunya yang berguncang pelan dan semakin mendekat tangan Lisa di pipinya. Seluruh hatinya berharap Lisa sadar detik ini juga. Karena, rindunya sudah menggebu-gebu dan rasanya minta untuk segera disampaikan seolah waktunya akan berakhir.

"Aku menunggumu jika sang waktu masih megizinkan, Li. Jika tidak, aku minta maaf padamu. Kau mungkin tidak bisa mendengarkan ku saat ini, tapi tenang saja. Sepucuk surat manis sudah ku siapkan untukmu ketika aku pergi sebelum menatapmu kembali. Mungkin tulisan itu tidak bisa menggambarkan betapa besarnya aku mencintaimu, tapi kau harus tahu, Li..."

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang