Lisa kehabisan cara untuk membujuk Chaeyoung yang sedang marah padanya. Lisa telah mencoba memperlakukan Chaeyoung dengan baik-baik, berusaha mencari perhatiannya dan berusaha sabar ketika gadis berambut pirang itu terus-menerus mengabaikannya. Menganggap seolah dirinya tidak ada di sekitarnya.
Lalu pada akhirnya, Lisa memilih pergi dari Chaeyoung. Bukan ia marah, hanya saja Lisa rasa Chaeyoung perlu waktu untuk sendiri, tidak mau diganggu. Sebelum pergi, tentu saja ia meminta Mina dan Jisoo untuk memantau Chaeyoung dari jauh. Lisa juga mengatakan jika terjadi sesuatu dengan gadis berambut pirang itu, maka Jisoo dan Mina yang akan menanggungnya.
Tempat yang tenang, Lisa ingin menenangkan hatinya sejenak di sini sambil mengenang kembali momen yang ingin sekali ia ulangi lagi, tapi itu terdengar sulit. Kepergian Jennie masih menjadikan luka di dalam hati Lalisa. Meski Jennie tak pergi untuk selamanya, namun berpisah dari Jennie adalah hal yang tak pernah Lisa bayangkan sebelumnya.
Lisa tidak pernah sanggup membayangkan itu semuanya sampai saat ini, Jennie meninggalkannya. Lama tidak melihat wajah gembul itu, menjadikan Lisa sangat merindukannya. Sangat. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa untuk kesembuhannya dan berharap ia segera kembali menemuinya dengan senyum terbaik yang pernah Lalisa temukan selama hidupnya.
Angin pantai di malam hari berhembus sangat dingin. Membuat tubuh Lisa yang hanya dibaluti jaket biasa menggigil dingin. Hidungnya bahkan memerah. Tapi, ia ingin berada di sini lebih lama lagi.
Langkah kakinya yang panjang terus menyusuri bibir pantai. Langkah yang damai sembari sesekali menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Memandangi langit yang gelap dihiasi beberapa bintang kecil, Lisa tersenyum pedih memikirkannya. Jennie Kim.
Ingin sekali Lisa berteriak pada langit, bahwa ia sangat merindukan gadis itu. Bolehkah Lisa meminta angin untuk membawa rasa rindunya pada Jennie agar gadis itu tahu meski kini ia jauh, Lisa selalu merindukannya, memikirkannya setiap saat.
Memikirkan Jennie adalah hal yang tidak pernah bosan untuk Lisa lakukan. Langkah kaki itu terus berjalan, tatapannya meremang karena termenung hingga ia tersandung oleh batu di hadapannya. Butiran-butiran pasir melukai bagian sikut Lisa, bercampur dengan air laut menyeruakkan rasa perih yang menusuk.
Lisa mencoba berdiri kembali, namun sepasang tangan mendarat di bahunya. Membantu Lisa untuk berdiri dengan sigap. Lisa menoleh kesamping, melihat siapa yang tiba-tiba datang membantunya.
"Hanbin?" ucap Lisa sedikit terkejut. "Jangan bilang kau mengikutiku?"
Laki-laki itu mengangguk pelan. "Sedang apa sendiri di pinggir pantai begini?"
"Tidak ada, jalan-jalan aja. Kau sendiri ngapain ikutin aku?"
"Bukankah aku memang selalu seperti ini? Menjagamu dari jauh juga menyukaimu dalam diam?"
Lisa mendelik malas. Ia sangat tahu teman kecilnya ini telah menyukainya sejak lama. Tapi sayangnya perasaan tidak bisa dipaksakan. Lisa tidak pernah punya perasaan apapun pada Hanbin selain sahabat.
"Han, kau--"
"Arraseo, aku tahu itu." Hanbin memalingkan wajahnya, berlagak seolah semuanya baik-baik saja padahal hatinya meronta sakit. Hanbin tidak sanggup bila harus mendengar penolakan Lisa yang entah ke berapa kalinya.
Hanbin berjalan lebih dulu meninggalkan Lisa di belakang sana dengan raut wajah malas. Keduanya menyusuri bibir pantai, membiarkan kaki basah oleh air laut.
"Kau dengan Chaeng itu?" tanya Hanbin gantung.
"Hanya teman. Sama seperti kau yang selalu ingin melindungi dan menjagaku tapi aku tidak punya perasaan apapun padanya. Hanya itu," kata Lisa seolah tahu kemana arah pertanyaan Hanbin mengenai kedekatannya dengan si anak baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...