CHAPTER 4

1.1K 129 2
                                    

"Jangan pergi,"

Lisa mengernyit bingung. Ia menyingkirkan tangan Chaeyoung darinya seolah tidak suka disentuh. Chaeyoung semakin kaku dan gugup karena berada di dekat Lisa yang sama sekali tidak ia kenali ini. Apalagi sikap Lisa yang datar dan dingin semakin membuat suasana menjadi canggung. Chaeyoung merasa tidak nyaman namun tidak mampu berbuat apa-apa.

"Aku murid baru. Aku belum tahu letak sekolah ini," kata Chaeyoung pelan.

"Setiap murid baru selalu diberikan peta sekolah. Kau bisa menggunakan itu," ucap Lisa acuh.

"Baiklah, kau boleh pergi."

Chaeyoung menunduk lemah. Memang pada dasarnya dunia ini selalu meninggalkannya sendiri, selalu membuatnya merasa sepi. Chaeyoung sudah kebal dengan itu semua.

Lisa melangkah melewati Chaeyoung begitu saja. Ia tidak benar-benar pergi dari ruangan ini, melainkan berjalan ke rak yang terdapat di sudut ruangan. Chaeyoung tidak tahu apa yang dilakukan gadis cuek itu di belakang sana.

Yahh, paling tidak ia tidak merasa sendirian. Chaeyoung melangkah menyusuri setiap rinci ruangan yang tidak bisa dikatakan besar juga tidak kecil ini. Ia menerka ruangan ini tidak terpakai lagi. Terlihat dari hampir semua kursi yang cukup rusak dan berdebu.

"Ini ruangan apa?" tanya Chaeyoung sembari berjalan ke arah tempat Lisa berada dengan penasaran.

"Musik," jawab Lisa singkat. Gadis itu kini sedang berbaring di bawah sana, beralaskan kasur tipis juga ada selimut dan bantal.

"Ohh astaga, aku baru tahu sekolah memperbolehkan muridnya membawa perlengkapan tidur!" Chaeyoung tercengang. "Aku akan bercerita tentang ini ke Appa nanti malam," serunya. Sangat menarik.

"Siapa Appa-mu?"

"Appa-ku? Park Yoongi, wae? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan nama appa-ku?"

"Yakk! Tunggu! Park Yoongi?" Lisa beranjak dari tidurnya, terkejut.

"Nee... waeyoo?" Chaeyoung semakin mengernyit bingung hingga keningnya bergelombang.

"Kau tidak boleh memberitahu siapapun tentang tempat ini, termasuk appa-mu. Jika ada orang lain yang tahu tentang ini, maka kaulah tersangka utamanya dan kau..." tunjuk Lisa, ia melangkah maju mendekat ke hadapan Chaeyoung. "Berurusan denganku," ancamnya.

"Ka-kau menyeramkan," cicit Chaeyoung takut.

"Apa kau mengerti ucapanku tadi gadis manis?" tanya Lisa dengan cengirannya serupa ancaman yang terlihat menakutkan bagi Chaeyoung.

Chaeyoung mengangguk cepat. Mata elang Lisa yang berwarna cokelat terang itu mampu membuatnya nurut seketika.

"Bagus," kata Lisa yang kembali membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi lehernya. Musim dingin membuat ia butuh kehangatan.

Helaan napas lega terdengar berasal dari Chaeyoung. Gadis itu kembali melangkah melihat sekelilingnya hingga pendar matanya itu jatuh kepada sebuah gitar terletak di sisi dinding. Berbinar, Chaeyoung segera mengambil gitar itu.

"Heyy, apa aku boleh memainkan gitar ini?!" serunya bergembira seperti bocah kecil yang menemukan permen kapas di jalan raya. Chaeyoung menunjuk gitar itu dengan girang, ,atanya berbinar dan berkedip persis seperti anak kecil.

"Hmm..." Lisa berdeham singkat dengan matanya yang tertutup.

Kini gitar berukuran sedang telah berada dipangkuannya. Chaeyoung tak peduli lagi dengan sekitarnya, termasuk Lisa yang kelihatannya sudah tenggelam di dalam lautan mimpinya tetapi sebenarnya tidak. Lisa bersembunyi dibalik wajah tidurnya. Gadis poni itu penasaran dengan apa yang Chaeypung lakukan. Terlebih dengan rasa penasaran atas perasaannya.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang