CHAPTER 12

793 92 0
                                    

"Lepas, lepasin aku!"

Chaeyoung memberontak lebih kuat saat pria itu berhasil menyeret tubuhnya melalui cengkramannya yang begitu kuat. Chaeyoung berusaha menahan dengan kedua kakinya, tapi sia-sia. Dirinya semakin menjauh dari halte dan kedua tangannya dicengkram olehnya hingga ia tidak lagi bisa bertindak lebih.

"Lepasin aku, ku mohon..." Lirihnya, Chaeyoung hampir kehabisan tenaganya karena memberontak. Kulitnya kemerah-merahan akibat cengkraman itu.

"Hei, kau cantik sekali, sungguh. Ikut saja dengan, aku jamin kau akan bersenang-senang gadis manis."

Ia semakin membawa Chaeyoung menjauh dari perkarangan sekolah.

Samar-samar Chaeyoung mengingat siapa pria yang sedang menariknya ini. Dia adalah orang yang pertama kali ia temui di sekolah. Dia adalah pria yang membentakny di keramaian sekolah tepatnya di depan gerbang utama sekolah. Chaeyoung ingat akan hari itu sampai ada seseorang datang dan menolongnya.

"Aku tidak mau ikut! Lepasin aku!" Bentak Chaeyoung, sekuat tenaga hingga suaranya serak.

Ingin berteriak lagi namun rasanya Chaeyoung sudah tidak sanggup lagi. Airmata berjatuhan di pipinya, isak dan tangisnya membuatnya dadanya terasa sangat nyeri. Chaeyoung hanya bisa pasrah dengan keadaan, ia tidak memiliki kekuatan lagi.

Chaeyoung tak lagi memberontak. Kepalanya pun terasa pusing karena nyeri di dadanya semakin menjadi-jadi. Satu yang Chaeyoung harapkan, seseorang datang dan menolongnya agar bebas dari pria kasar ini.

Bugh!

Pria itu tersungkur diatas aspal dengan mengenaskan. Bersamaan itu, tubuh Chaeyoung jatuh begitu saja. Tidak sadar akan Chaeyoung yang terduduk di atas aspal, ia langsung mencengkram seragam pria itu dan meninjunya.

Ia dibutakan oleh emosi, tanpa ada rasa kasihan ia terus meninju wajah pria itu. Bahkan sekarang, ia duduk diatas perut pria itu agar lebih puas untuk menghabiskan wajah yang tidak ada tampan-tampannya itu dengan kepalan tangannya. Kilat amarah terlihat jelas di matanya.

Chaeyoung melihat itu dari jauh, sosok wanita yang dingin itu tengah murka bak serigala yang sedang mencabik-cabik mangsanya.

"Lisa, hentikan!" kata Chaeyoung, namun Lisa tidak memperdulikannya.

Lisa terus menghantam pria itu tanpa ampun. Wajah pria itu yang telah mengeluarkan darah segar dari beberapa titik, tidak membuat Lisa menghentikan aksinya. Mungkin Lisa akan benar-benar berhenti ketika nyawa pria itu sudah tidak ada lagi.

Chaeyoung ketakutan. Apalagi saat melihat wajah pria itu penuh darah, jika dibiarkan ia akan segera mati di tangan Lisa. Namun ia juga tidak berani menghentikan Lisa yang penuh amarah itu. Sungguh, gadis itu terlihat jauh lebih seram berkali-kali lipat dari biasanya. Tatapan biasanya saja sudah menyeramkan, tidak ada senyum bahkan hampir tidak punya ekspresi.

Chaeyoung menyiapkan mentalnya, lalu dengan lemah ia berdiri sambil menyentuh dadanya yang masih terasa nyeri. Chaeyoung menahan tangan Lisa saat Lisa akan menghantamkan pukulan lagi ke wajah pria itu. Dengan cepat Lisa menoleh tajam ke arahnya dengan nafas yang memburu.

"Berhentilah, Lisa...," ucap Chaeyoung gemetaran.

Lisa menatap Chaeyoung sejenak sebelum beralih ke pria yang terkulai lemas di atas aspal.

Lisa mencengkram erat kerah pria itu hingga ia kesulitan untuk bernafas. "Berterimakasih lah kepadanya, jika tidak ku pastikan kau akan mati ditanganku hari ini juga, June."

"Aku sudah pernah bilang bukan? Kau sentuh dia, kau mati. Kali ini, kau benar-benar selamat. Tapi tidak dengan lain kali." Lisa berdiri, lalu berjalan meninggalkan Chaeyoung.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang