CHAPTER 67

815 88 6
                                    

Dua jam terakhir, tersisa hanyalah Shuhua dan Lisa yang terduduk di lantai. Setelah Shuhua berhasil membuat Lalisa diam, Hanbin dan yang lainnya memilih pergi meninggalkan keduanya. Bukan tak ingin menemani, hanya saja mereka mengerti bahwa 2 orang itu butuh waktu dan perlu mengeluarkan segala kesedihan yang mereka rasakan.

Lalisa terdiam di pelukan Shuhua. Matanya masih terjaga dengan tatapan yang kosong dan sendu. Ada bercak air mata yang telah mengering di kedua pipinya. Meski taka da lagi air mata yang mengalir saat ini, namun sesungguhnya Lalisa sedang menangis histeris.

Hatinya menjerit perih, tidak terima dengan kenyataan yang amat menyakitinya. Pernyataan yang Shuhua berikan cukup untuk membuat Lalisa sadar dan memahami keadaan. Chaeng tidak akan merasa sakit lagi.

Lisa tak tahu harus melakukan apa. Ia terlalu takut untuk menerima kenyataan yang memilukan ini. Cepat atau lambat, ini pasti akan terjadi. Lisa sadar itu. Tapi apakah salah? Lisa menaruh harapan yang tinggi pada sang Kuasa untuk menyelamatkan gadis yang ia cintai itu? Lantas jika salah, pada siapa Lisa berharap?

Bahkan ketika sang suster kembali berlari masuk ke dalam ruangan operasi itu pun tak membuat Lisa bergerak sedikitpun dari tempatnya.

"Ahjumma..." panggil Lisa pelan dengan suaranya yang lemah dan serak.

Shuhua menjawab dengan elusan lembut di belakang kepala Lisa juga semakin mengeratkan pelukannya. Mendengar suara Lalisa yang penuh kepasrahan sangat menyakiti hati Shuhua. Siapapu saja tahu hanya dengan melihat wajah Lisa, mereka tahu dan sangat yakin bahwa Lisa adalah anak yang tegar.

"Ahjumma tahu kan? Aku tidak mungkin siap kehilangannya. Aku begitu mencintainya sejak dulu, sejak kami sama-sama kecil aku telah menyukainya..." ucap Lisa bergetar.

"Arra, Lisa-yaa."

"Aku selalu butuh Chaeng di hidupku. Dan pada saat aku memulai hari tanpanya, yang ku rasakan hanyalah kekosongan yang tak semua orang bisa mengerti. Ahjumma, na eottoke?"

"Katakan kalau semuanya hanya bercanda. Chaeng pasti kembali kan?"

Lisa menguraikan pelukannya, menatap Shuhua.

"Dia pasti akan kembali demi Ahjumma, demi diriku. Iya kan?"

"Ahjumma, jebal..."

"Sesuatu yang buruk terjadi di dalam sana. Secara teknis, ini memang berkemungkinan untuk terjadi. Kau juga tahu, resiko terbesar adalah tubuh Chaeng menolak jantung baru dan itu bisa mengakibatkan kematian."

"Maksudmu?" Lalisa masih tak mengerti. Lebih tepatnya, ia tidak ingin mengerti semua ucapan Shuhua yang jelas-jelas mengatakan kebeneran di dalam sana.

"Tubuh Chaeng sempat menolak jantung itu dan sekarang keadaan sedang gawat. Seharusnya operasi ini berakhir dua jam yang lalu tapi sekarang berbeda, Lisa-yaa." Shuhua menolehkan kepalanya ke samping karena enggan untuk menatap wajah Lisa yang terkejut.

"Ada kemungkinan Chaeng tidak bisa diselamatkan lagi dan itu sangat besar untuk terjadi. Apapun yang terjadi, ku harap kau tak menyalahkan siapapun atau bahkan dirimu sendiri. Semua ini sudah menjadi takdir, Lisa..."

Lisa menggeleng lemah, "Andwee, andwee, Ahjumma..."

"Kita harus siap dengan apapun yang terjadi, Lisa! Jika kita seperti ini terus-menerus, Chaeng akan merasa berat untuk meninggalkan kita, kalau kita mencintainya, jangan mempersulit dia, Lisa-yaa..." tegas Shuhua.

Tak sempat Lisa menjawab perkataan Shuhua, pintu yang mereka tunggu-tunggu akhirnya terbuka. Lisa dan Shuhua segera berdiri. Dokter Baekhyun keluar seraya melepaskan sarung tangan beserta maskernya.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang