Tidak perlu ditanyakan lagi bagaimana perasaan Jisoo, Yeri, Mina dan juga Hanbin. Mereka benar-benar syok. Tanpa menunggu lama lagi, mereka segera meluncur kembali ke bandara. Berharap mereka akan mendapatkan info sekecil apapun di sana.
Yeri dan Mina belum berhenti menangis sejak tadi, dua orang itu menangis di kursi belakang dengan Mina yang mengusap rambut Yeri di pundaknya. Kedua pipi Yeri sudah sangat basah oleh airmatanya, hidungnya memerah, ia tidak kuasa menahan tangisannya.
Jisoo duduk di depan menatap jendela mobil besar di hadapannya, mata indah itu berkaca-kaca dengan sekali kedip saja airmatanya jatuh membasahi pipinya.
Membayangkan keadaan Lisa setelah mendapat kabar kecelakaan pesawat yang Lisa naiki membuat mereka kalung kabut. Rasa cemas dan takut membuncah di dalam diri mereka.
Pria yang sedang mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata itu terus mencengkram stir mobilnya kuat-kuat hingga urat di sekitar lengannya terukir jelas.
Hanbin sangat ketakutan, ia pun tidak mampu menahan airmatanya hingga sesekali suara sesunggukan terdengar dari dirinya. Rambut yang selalu tertata rapi, kini acak-acakkan.
Penampilannya saat ini bukan Hanbin yang mereka kenal, bukan Hanbin yang selalu terlihat rapi, elegan dan gagah. Hanbin yang sekarang adalah Hanbin yang berantakan, baik hatinya maupun penampilannya.
Jisoo menoleh, mengusap bahu Hanbin pelan, ia tahu Hanbin sangat takut dan terluka, begitu juga dengan dirinya, Yeri dan Mina.
Lisa adalah sahabat mereka, mereka telah bersama-sama sejak lama, hampir enam tahun mereka berteman, tentu kejadian ini membuat mereka sangat terpukul.
Apalagi Hanbin, pria itu tumbuh bersama dengan Lisa, kedekatan mereka tidak dapat terukur lagi. Maka betapa hancurnya Hanbin sekarang.
"Turunkan kecepatan, Mbin. Ini membahayakan kita semua." tegur Mina saat menyadari Hanbin melaju dengan kecepatan yang tidak kira-kira.
"Tidak ada waktu untuk berlama-lama lagi! Lisa! Aku harus melihatnya sekarang juga!" ucap Hanbin dengan wajahnya yang memerah menahan semua perasaan yang tengah ia rasakan. Ia mengusap matanya dengan kasar karena airmata membuat pandangannya buram.
Amarah, cemas dan rasa takut bercampur menjadi satu. Kecepatan mobil yang membuat suasana di dalam sana terasa sangat menegangkan.
Jisoo yang setuju dengan Mina pun angkat bicara.
"Hanbin! Kita semua sama-sama takut, sama-sama panik, bukan cuman kau saja. Tolong jaga keselamatan! Sebentar lagi kita akan sampai di bandara, dengarkan aku, Mbin!" Hanbin menurut, ia memelankan kecepatan mobilnya.
Hanbin menarik napasnya dalam-dalam, salah satu tangannya mengepal dan meninju-ninju stir mobilnya guna menyalurkan perasaan cemasnya yang begitu besar terhadap wanita yang ia cintai.
"Kita pasti menemukannya, Lisa pasti baik-baik saja, Mbin..." ucap Jisoo menenangkannya, Hanbin terisak hingga kedua bahunya bergetar namun pandangannya tetap fokus ke depan membuat Jisoo mengeratkan tangannya pada bahu Hanbin, tanpa sadar pun airmata Jisoo mengalir semakin deras.
"Lisa eonni pasti...baik...baik saja... harus baik-baik saja!" gumam Yeri dengan susah payah karena isakkannya.
"Aku tidak mau Lisa kenapa-kenapa, meski dia menyebalkan tapi aku sangat menyayanginya sebagai sahabat ku. Aku janji tidak akan mencuri pena Lisa lagi, Lisa kau harus baik-baik saja, Lis..." kata Mina di sela-sela tangisannya.
Sesampai di bandara, suasana di sana sudah ramai dan menyesakkan. Sanak keluarga penumpang yang berangkat ke Jerman siang ini menangis sesunggukkan. Berita itu begitu mengejutkan semua orang. Bandara menjadi sangat ramai, suasana yang memilukan. Tangisan yang keras terdengar dimana-mana. Mereka berkumpul di satu titik tempat informasi mengenai kecelakaan pesawat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
Fiksi PenggemarPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...