"Aku sudah mengatakan, aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan apapun, Chaeng. Biarkan aku disini temanimu."
..
.
Brak!
Shuhua membuka pintu dengan keras hingga membuat Lisa sediki terlonjak kaget. Bajunya basah, ia menaruh tasnya di lantai dan langsung mendekati ranjang Chaeyoung. Chaeyoung masih belum tersadar dari pingsannya. Sedartadi Lisa terus mengenggam tangannya dengan erat tanpa melepaskannya.
"Terimakasih Lisa-yaa, terimakasih sekali..." ucap Shuhua lirih menatap Lisa dengan mata sayunya.
"Ahjumma, kenapa Ahjumma tega sekali menyuruh Chaeng datang ke tempat itu? Chaeng sangat terluka... Kenapa Ahjumma?"
"Aku hanya tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada Chaeng nantinya, Lisa. Jadi... aku memintanya datang ke tempat langsung." Jelas Shuhua menunduk, matanya terkunci pada Chaeyoung yang menutup matanya dengan damai.
"Bagaimana Chaeng bisa ngerti kalau ia harus disuguhkan pemandangan seperti itu? Ahjumma dan Ahjussi harus menjelaskan pada Chaeng. Cara tadi itu sangat tidak layak untuk psikis Chaeng. Dia sangat kacau, ditambah suara hujan dan petir tadi, aku hanya takut Chaeng akan trauma sepanjang hidupnya."
"Aku tak ingin menyakitinya, Lisa." bela Shuhua.
"Tidak ada perceraian yang tidak menyakitkan seorang anak, Ahjumma." ucap Lisa cepat. "Hanya ada dua kemungkinan, yang pertama Chaeng akan terjerumus ke dunia nakal atau dia akan terus menyendiri dengan sepinya yang suatu saat dapat membunuhnya perlahan-lahan jika batinnya tidak sanggup untuk menerima kenyataan buruk ini." gumam Lisa menatap Chaeyoung lekat.
"Lisa, aku mohon jaga Chaeng, hanya kau teman satu-satunya yang selalu ada untuknya, Lisa."
"Aku tidak janji, Ahjumma. Tadi saja ia menyuruhku pergi, ia bilang semua orang akan meninggalkannya seperti itu. Dia terluka oleh rasa kehilangan orang yang ia sayangi."
Shuhua menunduk dengan tatapan kosong. Ia sangat tidak ingin melukai perasaan Chaeyoung namun ia sangat terpaksa melakukan ini. Mendadak Shuhua ragu dengan dirinya. Apakah ia bisa menghadap situasi seperti ini? Ini akan terasa berat untuknya selagi Chaeyoung tidak dapat menerima kenyataan.
Shuhua tahu ini akan berat untuk Chaeyoung, tapi dirinya juga sama merasakan kesulitan dan kesakitan yang sangat mendalam.
Shuhua menyentuh rambut Chaeyoung, perlahan-lahan Chaeyoung mengerjapkan matanya pelan sebelum membuka matanya dengan sempurna. Shuhua mengangkat bibirnya tersenyum senang meski sedikit bergetar saat melihat Chaeyoung telah membuka mata menatapnya dengan sayu.
"Chaeng... kau tak apa, sayang?" panggilnya lirih. Setitik airmata lolos dari mata Shuhua.
Chaeyoung membuang pandangannya ke samping, tak ingin melihat Shuhua. Shuhua tahu bagaimana perasaaannya sekarang.
"Chaeng, apa ada yang sakit?" tanya Shuhua lembut dan terus membelai rambut pirang putrinya. Chaeyoung sedikit mengelak, ia tidak ingin disentuh oleh Shuhua.
"Eomma keluarlah, aku ingin sendiri." Chaeyoung menahan tangisnya yang akan pecah.
"Chaeng, maaf... eomma bisa menjelaskan."
"Keluar eomma! Aku tak ingin melihat eomma!" bentaknya dengan nada yang getar.
Shuhua pun keluar dengan langkah yang lemah, menatap wajah Chaeyoung yang menyamping darinya. Sedetik pun Chaeyoung tak mau melihat ke arahnya dan Lisa. Selepas Shuhua keluar, Lisa ingin menyentuh tangan Chaeyoung, namun terhenti karena Chaeyoung mengusirnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...