CHAPTER 48

698 90 6
                                    

Pukul 04.15 subuh. Satu per satu mulai tidak sanggup menahan mata mereka untuk tetap terbuka dan kesadarannya tetap terjaga. Rasa kantuk telah menyerang mereka masing-masing. Namun beberapa dari mereka masih bertahan hingga detik ini.

Jisoo dan Hanbin. Dua orang itu menatap pintu geser dengan kosong, nyawa mereka sudah berterbangan meski keduanya sanggup menahan matanya untuk tetap terbuka. Mereka akan menunggu pintu itu terbuka dan lampu merah diatas sana padam.

Lorong yang sepi, udara yang dingin pada malam ini membuat Mina terbangun dan mengusap lengannya agar hangat. Hanbin yang peka akan itu melepaskan jaketnya dan ia sampirkan di punggung Mina.

Saking sepi dan heningnya ruangan ini, suara helaan nafas pun terdengar dari Jisoo.

Lampu merah pertanda operasi sedang berlangsung itu masih menyala, entah sampai kapan lampunya akan padam lalu dokter keluar membawakan berita baik untuk mereka perihal tentang Lisa.

Lisa masih berjuang di dalam ruangan itu. Seraya melamun, Mina mengusap rambut Yeri yang tidur menjadikan paha Mina sebagai bantalannya, kaki Yeri menjulur di atas kursi. Dengkuran halus dari Yeri menandakan bahwa gadis itu tidur dengan pulas setelah lelah menangis.

Chaeyoung sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Shuhua mengatakan Chaeyoung sudah sering seperti ini dan mudah-mudahan dia akan baik-baik saja.

Gadis blonde itu hanya kelelahan. Chaeyoung sempat sadar dari pingsannya, ia maksa untuk turun dari ranjang disaat kondisinya masih lemas. Bahkan untuk berdiri pun ia belum sanggup. Ia terus memberontak meski lemah, menangis histeris sambil berteriak untuk menemui Lisa.

Mina dan Yeri kesusahan menahan Chaeyoung tadi. Shuhua terpaksa menyuntikkan obat penenang agar Chaeyoung bisa beristirahat dengan baik. Tidak ada cara lain lagi. Setelah itu Chaeyoung tertidur pulas saat ini dan mungkin akan sampai hari esok.

Bobby datang membawakan mereka makanan seperti pizza, burger dan ayam. Ia letakkan makanan itu diatas kursi, mengeluarkannya lalu memberikan pada Jisoo, Mina dan Hanbin.

Mereka makan dengan tatapan sendu. Rasa ayam kesukaan Jisoo menjadi hambar, baru kali ini fried chicken favoritnya itu tidak enak di mulutnya.

Sekitar satu jam setelahnya, pintu itu bergeser kesamping. Secepat kilat membuat Hanbin dan yang lainnya berdiri menghampiri dokter yang keluar dengan wajah lesunya.

Yeri yang tertidur pulas pun langsung bangun begitu mendegar pintu terbuka.

"Bagaimana keadaan Lisa, dok?" Hanbin memulai.

"Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Jisoo pada dokter itu dengan bola mata penuh harap.

Dokter itu diam. Ia menurunkan maskernya dan menatap Jisoo. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Lisa. Diamnya dokter itu membuat mereka semua gugup. Tatapannya, raut wajahnya menunjukkan antara lelah dan putus asa, mereka semua tidak mengerti. Kemudian dokter menghela napas panjangnya.

"Dokter?" ucap Yeri parau. Jantung mereka berdentum cepat sekali.

"Operasi berhasil, tapi untuk sementara kesadarannya tidak langsung pulih. Berdasarkan analisis pasien akan sadar setelah tiga hari ke depan. Bisa kurang, bisa juga lebih dari itu dan sejauh ini semuanya baik-baik saja, luka yang parah sudah diobati dan dijahit juga saluran pernapasannya telah membaik. Operasi berjalan dengan baik." jelas Dokter dengan senyum hangatnya.

Helaan nafas lega terdengar dari mereka semua. Ini adalah kabar bahagia. Saking senangnya Yeri memeluk Jisoo sangat erat, mencekik lehernya hingga gadis pecinta ayam itu kesusahan bernapas.

"Jadi kita udah bisa jenguk Lisa 'kan, dok?" tanya Mina tersenyum lebar.

Dokter mengangguk. "Setelah pasien di pindahkan, kalian boleh menjenguknya. Ajak dia bicara, agar alam bawah sadarnya cepat menangkap suara kalian dan kemungkinan sadarnya lebih cepat dan lebih tinggi."

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang