LISA masuk ke dalam kamar Chaeyoung lagi. Kedua matanya hanya tertuju pada Chaeyoung yang selalu memejamkan matanya. Setelah perdebatan panjang dan memohon dengan segenap jiwa dan raganya, Shuhua memberikan Lisa waktu untuk mencoba bercengkrama dengan Chaeyoung.
Shuhua, Hanbin, Jisoo, Mina, Yeri juga Bobby berdiri di luar, melihat Lisa dari jendela besar. Tatapan iba yang menjelaskan bagaimana terlukanya mereka melihat keadaan Lisa yang benar-benar kacau dan berantakan.
Kali ini mereka tidak melihat sosok Lisa yang arogan, kuat, sangar, bengis dan kuat itu. Yang mereka lihat hanyalah Lisa dengan segenap kerapuhannya. Lisa yang hancur, sehancur-hancurnya karena ini adalah detik-detik Lisa akan ditinggal oleh gadis yang ia cintai. Park Chaeyoung.
Isakan air mata yang tak kunjung berhenti, melainkan semakin sesak dan membuncah, Lisa melangkah dengan tubuh yang lunglai, putus asa.
Mata yang sembab juga basah serta hidung yang memerah itu, Lisa mendekat ke dekat Chaeyoung. Bibir ranum itu bergetar, perlahan tangan Lisa terangkat membelai lembut wajah itu.
Setelah perdebatan bersama para suster, dokter dan Shuhua, mereka sepakat untuk memberikan Lisa waktu sampai malam hari nanti. Jika Chaeyoung belum sadar juga, keputusan untuk mencabut seluruh alat yang menempel di tubuh Chaeyoung tidak bisa diganggu gugat lagi.
Dan Lisa sudah menyiapkan rencananya. Ia akan melarikan Chaeyoung dari rumah sakit ini. Lisa akan membawanya ke luar negri. Lisa benar-benar nekat. Untuk biaya dan segalanya, Lisa bisa menjual apartemennya dan mobil mewah miliknya. Semua sudah direncanakan dengan baik.
Apapun akan Lisa lakukan agar Chaeyoung dapat bertahan hidup di dunia ini. Lisa membelai lembut rambut pirang gadis yang teramat ia cintai ini.
"Apakah kau ragu dengan cintaku, Chaeng? Bahkan saat Jennie kembali pun hanya kau yang ada dipikiranku. Kau benar-benar berhasil memiliki seluruh hatiku."
Lisa menelan ludahnya dengan susah payah untuk melanjutkan ucapannya. Jemarinya terus mengusap sekitar kening Chaeyoung dengan penuh kasih sayang juga harapan yang besar.
"Kau ingin tahu jawaban saat kau bertanya padaku di UKS waktu itu? Kau bertanya apakah aku pernah mencintaimu kan?" Lisa mengatur napasnya, mengendalikan dirinya yang semakin sulit dikontrol. Perasaan takut menggerogoti seluruh ruang hatinya.
"Jawabannya iya... aku pernah mencintaimu hingga detik ini pun sama." Lisa mengecup kening Chaeyoung cukup lama. Ia biarkan air matanya menetes mengenai mata Chaeyoung yang terpejam rapat.
Lisa begitu mencintai Chaeyoung dan ia menyadari satu hal, rasa cintanya pada Chaeyoung lebih besar daripada saat bersama Jennie waktu itu. Ia bahkan tidak percaya akan memiliki perasaan yang sedalam ini pada seseorang yang tak pernah ia bayangkan.
Lisa menarik wajahnya menjauh dari Chaeyoung dan kembali menatapnya dengan emosi yang membuncah-buncah dalam dirinya saat ini.
Wajahnya memerah dan napasnya sangat memburu kala Chaeyoung terus berdiam diri seperti ini. Tak meresponnya sedikitpun. Chaeyoung yang diam seperti ini justru membuat Lisa takut, sangat takut.
"BANGUN, CHAENG!!!" bentak Lisa keras namun terdengar rapuh dan takut. Teriakan itu menggelegar seisi ruangan.
Samar-samar, orang yang berdiri di luar pun dapat mendengar teriakan yang keluar dari mulut Lisa.
Hanbin dan yang lainnya bisa melihat bagaimana frustasinya seorang Lalisa yang selalu bersikap jaim dan tegar. Mina dan Yeri pun ikut menitikkan air mata.
Juga Shuhua, yang kini telah mengatup mulutnya rapat-rapat. Bersandar pada dinding dan memantau Lisa yang berada di dalam sana bersama putrinya. Mencoba membangunkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...