Gubrak
"Aww..." Bagaikan terjatuh dari bumi indah ini, Lisa kaget bukan main. Tidurnya yang nyenyak dan nyaman itu tiba-tiba berubah menjadi hantaman batu saat ia jatuh ke lantai dengan mengnaskan akibat tendangan seribu bayangan dari Chaeyoung.
"Kau kenapa menendangku, Chaeng?" Lisa merintih sakit dibawah sana.
"Li...Lisa kau ngapapa?" Chaeyoung melihat Lisa dari atas kasur dengan raut wajah khawatir dan bersalah.
"Aku hanya terkejut karena kau memelukku. Ki...kita tak seharusnya seperti itu." ia memalingkan wajahnya ke samping.
Chaeyoung menggigit kukunya gelisah. Ia mengingat Jennie, dan Lisa tidak seharusnya memeluknya seperti itu apalagi diatas ranjang. Maka dari itu ia tidak sengaja menendang Lisa agar Lisa menjauh darinya. Tapi ia tidak menyangka bahwa tendangannya malah membuat Lisa jatuh ke bawah.
"Chaeng-ahh kau kejam sekali. Kau tak berniat membantuku sedikitpun ya?" tanya Lisa dengan wajah melasnya.
"Ah iya!" Chaeyoung segera turun dan membantu Lisa duduk di pinggir ranjang besar itu. Lisa terus meringis sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sakit sekali. Chaeyoung menyingkirkan tangan Lisa lalu melihat kepalanya, ia terkejut karena kepala Lisa membengkak seperti ada benjolan yang mulai membesar.
"Lisa... sepertinya kepalamu benjol." cicit Chaeyoung pelan. "Maaf, maaf sekali, Lisa. Aku sungguh tidak sengaja. Aku sangat terkejut waktu bangun tadi. Melihat kau memelukku seperti itu aku jadi ingat bagaimana perasaan Jennie jika ia melihatmu seperti itu. Jeongmal mianhe, Lisa." ujar Chaeyoung cepat sembari menunduk.
Lisa terdiam. Ucapan Chaeyoung benar adanya. Ia memeluk orang lain seintim itu padahal di dalam hatinya ia mencintai seseorang begitu dalam, yaitu Jennie. Perasaan Jennie pasti terluka. Bagaimana Chaeyoung bisa berpikir sampai ke situ sedangkan Lisa saja tidak terpikir?
Lisa menatap Chaeyoung yang sedang menunduk sedih, "Mian, Chaeng. Aku sendiri pun tidak menyadari itu. Maaf sudah lancang memelukmu." Lisa menyentuh tangan Chaeyoung dan mengeratkannya pelan.
"Lisa, pada saat kau memelukku, apa kau memikirkan Jennie? Maksudku mungkin karena kau terlalu merindukannya jadi kau berpikir bahwa aku itu adalah dia, makanya kau bisa memelukku seperti tadi." Chaeyoung menatap Lisa risau. Ia sudah tahu jawabannya pasti akan menyakitkan, namun Chaeyoung hanya ingin tahu dari Lisa sendiri. Ia lelah berpersepsi sendiri.
Sedikit harapan Chaeyoung untuk Lisa, semoga tidak seperti itu. Iya, hanya sedikit.
"A...aku—"
"Sudahlah tidak apa, Li." Chaeyoung segera berdiri. Ia sadar bahwa ia tidak sanggup untuk mendengar pernyataan Lisa. Itu menyakitkan, sangat. "Aku akan mengambilkan es baru untuk mengompres benjol mu, tunggulah sebentar."
"Chaeng." Lisa menahan lengan Chaeyoung yang hendak pergi. "Aku tidak berpikir seperti yang kau katakan. Aku tidak berpikir bahwa kau adalah Jennie yang ku rindukan setiap saat."
"Soal memelukmu tadi, itu aku benar-benar tidak sadar. Ku pastikan tidak akan terjadi untuk yang kedua kalinya lagi. Mian..."
Chaeyoung bisa melihat mata Lisa sangat merasa bersalah. Chaeyoung tidak bisa membohongi dirinya bahwa jika terjadi untuk yang kedua kalinya pun, tidak apa. Pelukan Lisa sudah seperti candunya yang menenangkan. Hanya saja Chaeyoung harus mengakui sebuah fakta yang menyakitkan yaitu bukan dirinya lah yang Lisa cintai. Itu kenyataan yang harus ia ketahui.
"Chaeng, duduklah." Lisa menarik lembut lengan Chaeyoung untuk duduk kembali disebelahnya. Tatapan Lisa tidak berpindah sedikitpun dari Chaeyoung yang memalingkan matanya ke lantai. "Kenapa kau jadi seperti ini? Bukan kah dari dulu kita selalu berdekatan? Aku pernah memelukmu sebelum hari ini dan kau juga sama. Lalu, kenapa kau—"
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...