CHAPTER 54

973 107 6
                                    

Lisa memasuki kamar tempat Chaeyoung berbaring. Di dorong oleh Jennie yang bersikeras ingin mengantarkan Lisa ke kamar ini. Lisa sudah menolak, tetapi Jennie tetap pada pendiriannya. Jisoo pun telah menawarkan diri untuk menemani Lisa, biar Jennie beristirahat saja.

Pada akhirnya dengan keras kepalanya Jennie, Jisoo dan Lisa memilih mengalah membiarkan gadis bermata kucing itu yang mendorong kursi roda Lisa keluar dari kamar menuju ke tempat Chaeyoung.

Yeri segera berdiri setelah melihat Lisa datang bersama Jennie. Ia pun memberikan ruang untuk Lisa dekat dengan Chaeyoung yang belum membuka matanya.

Lisa tidak dapat mengedipkan matanya ketika melihat keadaan Chaeyoung. Hatinya terasa amat sesak. Begitu banyaknya selang yang tertempel di tubuhnya juga mulut yang terhalang alat bantu pernapasan.

Lisa meraih tangan Chaeyoung dan membawanya ke pipinya. Tak ada kata yang mampu tercetus dari mulut Lisa saat melihat kondisi gadis yang ia cintai ini selain menangis. Lisa terisak di depan Yeri juga Jennie. Seolah tak peduli jika mereka melihat kesedihannya. Hatinya sungguh hancur.

Semua orang tahu betul bagaimana Lisa tidak suka memperlihatkan kesedihannya. Lisa bahkan selalu menyendiri untuk melampiaskan kepedihan juga luka yang ada di hatinya. Lisa jarang menunjukkannya di hadapan orang-orang. Tapi kali ini, Lisa benar-benar tak peduli lagi dengan itu.

Menatap Chaeyoung yang terbaring lemah, bergeming, wajahnya begitu damai namun membuat semua orang terluka melihatnya. Lisa mengeratkan genggamannya lalu menunduk. Menahan isakkannya agar tak mengeluarkan suara yang lebih keras lagi. Lisa ingin berteriak sekencangnya, meraung-raung pilu saat ini.

Jantung dan hatinya seperti dihujam oleh ribuan tombak. Pilu dan menyakitkan. 

Lisa tidak bisa mempercayai dengan apa yang sedang ia lihat. Ia sangat ingin jika ini semua hanyalah mimpi yang berkepanjangan bukanlah kenyataan yang menyakitikan.

Bahu Lisa berguncang hebat. Tangisan yang keluar dari mulut Lisa membuat Yeri dan Jennie merasa sesak dan turut merasakannya. Sosok Lisa yang selalu tegar, kuat dan bahkan hampir tidak pernah menangis di hadapan mereka kini setengah meraung. Jennie menggulurkan tangannya mengusap lengan Lisa lembut.

Lisa mengangkat kepalanya menatap Yeri dengan mata yang berkaca dan basah. Lisa ingin tahu mengapa Chaeyoung bisa berakhir seperti ini. Paham dengan maksud tatapan Lisa, Yeri pun mengumpulkan nyali untuk mengatakan yang sebenarnya. Lidahnya terasa kaku dan bibirnya bergetar.

Yeri kebingungan. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Sembari berpikir keras, Yeri memainkan kuku jarinya di ujung baju sembari menggigit bibir bawahnya gugup. Berusaha menenangkan diri dan memberanikan diri, Yeri menatap Lisa sendu.

"Jan-jantung Chaeng lemah dan harus segera dapat pendonor yang baru. Ji...jika tidak, harapan Chaeng untuk terus hidup akan berhenti." Yeri segera menundukkan kepalanya setelah mengatakan itu dan air matanya ikut mengalir keluar. Hanya sebagian besar inti yang Yeri jelaskan pada Lisa.

Bagaikan dihantam oleh langit membuat tulang-tulang Lisa seperti patah dan juga hancur di dalam sana. Bahkan jantung Lisa seolah berhenti berdetak beberapa saat setelah mendengar kata Yeri. Seluruh tubuh Lisa lunglai. Ia menatap Chaeyoung sendu.

Bayangan wajah Chaeyoung saat mengatakan 'karena kita tidak akan pernah bisa berada di dimensi yang sama lagi setelah ini' sungguh membuat hatinya tertohok dalam.

Dan, bunga mawar hitam yang dipegang oleh Chaeyoung di dalam mimpi itu, juga diatas kasur tadi, seolah tanda atau kode yang sengaja Chaeyoung tinggalkan untuknya. Lisa menggeleng cepat. Ia tak mau itu terjadi.

Bersamaan dengan air matanya yang terus mengucur deras, Lisa mengelus pelan pipi Chaeyoung dengan telunjuknya.

Dengan bibir yang mengerucut sedih, Lisa mengatakan bahwa ia mencintainya dan Chaeyoung adalah kebahagiaannya. Maka dari itu Chaeyoung harus bertahan hidup untuknya, untuk Shuhua.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang