"Karena kita tidak akan pernah bisa berada di dimensi yang sama lagi setelah ini."
-PARK CHAEYOUNG
.
.
.
.
PEMAKAMAN, 8.15 KST
Bobby mengusap pelan bahu Jisoo yang sedang terisak menatap gundukkan tanah di hadapannya. Terlihat Mina, Yeri juga Hanbin ada disana dengan baju hitam serta kacamata hitam.
Suasana pagi ini dipenuhi oleh isak tangisan yang menyayat hati. Banyak sekali air mata berderai jatuh dari para mata yang tak bisa berbohong dengan kesedihan hati yang tiada taranya.
Mina memegangi payung besar berwarna hitam. Satu tangannya lagi membungkam mulutnya sendiri. Membiarkan airmatanya mengalir deras. Hanbin melihat bahu Mina berguncang karena menahan tangisannya pun berinisiatif mengambil alih payung itu. Mina menutup mukanya dengan kedua tangannya, menangis di sana.
Jisoo tak kuasa lagi, ia berbalik memeluk Bobby erat dan menumpahkan semusa tangisannya di dekapan Bobby yang terus mengusap bahu juga rambutnya dengan penuh kelembutan tanpa henti. Hanya itu yang dapat menenangkan Jisoo.
Matahari yang terik menyinari. Dengan kepala menunduk ke bawah, memandang tanah basah yang telah ditaburi bunga-bunga, suara tangisan kian keras terdengar.
Kini Jisoo berjongkok di bawah sana. Berlutut tak peduli celananya akan kotor. Ia memeluk nisan itu dengan tangisannya yang masih meledak-ledak.
Untuk pertama kalinya mereka semua melihat sosok Jisoo yang begitu rapuh. Jisoo yang biasanya tegar, absurd, selalu menghibur mereka sekarang mereka dapat lihat sisi Jisoo yang hancur dan teramat rapuh. Tak pernah sekalipun terbayang oleh mereka. Kim Jisoo sungguh terpuruk. Merasakan kehilangan yang amat dalam.
Mereka tidak menyangka akan merasa kehilangan secepat ini. Terlalu tiba-tiba dan sangat mengejutkan semuanya. Suasana yang sedih dan penuh air mata. Mereka bahkan belum menerima kenyataan pahit ini.
Sesak, tak rela, pilu dan sendu. Mereka merasakan itu semua. Hanbin menatap gundukkan tanah itu datar, memeluk Yeri yang menangis sesunggukan juga memeluknya kala tangisan Yeri semakin kencang.
"Sudahlah, kita harus ikhlas. Dia pasti akan sedih jika kita terus menangis seperti ini," kata Hanbin.
"Jis, ayo berdiri." Bobby membantu Jisoo berdiri lalu menepuk pelan kedua lutut Jisoo yang kotor karena tanah.
"Kau adalah teman terbaik kami yang selalu menghibur, menemani kami... sampai kapanpun kami tak akan pernah melupakanmu..." lirih Jisoo lalu kembali memeluk Bobby.
"Istirahatlah yang tenang disana. Kau akan selalu di hati kami..." sambung Yeri dengan mata yang bengkak dan merah.
Mereka pun meninggalkan pemakanan ini dengan air mata yang berderai deras. Sedih, kehilangan yang teramat pahit dan meyakitkan. Sesungguhnya tidak akan ada orang yang baik-baik saja ketika ditinggal oleh sosok yang disayanginya.
FLASHBACK ON
Brugh!!
Bugh
Brakk
Bugghhh!
"Ahhh stop!!!" Sehun terbaring memegang dadanya serta mulutnya yang memuntahkan darah segar. Bibirnya sobek juga giginya patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKYOU, LALISA (CHAELISA)
FanfictionPark Chaeyoung atau biasa dipanggil Chaeng akhirnya bisa duduk di bangku sekolah setelah bersusah payah membujuk kedua orangtuanya. Penyakit jantung yang ia alami membuat ia harus tetap berada di dalam rumah dan tidak boleh melakukan banyak hal. Me...