CHAPTER 64

629 76 0
                                    


"Aku sudah bertekad tidak akan meninggalkan rumah sakit sampai operasi Chaeng berjalan lancar," tegas Lisa sekali lagi.

"Tapi Jennie ingin kau--"

Lisa memotong ucapan Hanbin dengan cepat dan kesal tentunya. "Mana mungkin aku tinggalkan Chaeng saat dia sedang berjuang hidup di dalam sana, Han? Jangan memaksaku karena sekali ku bilang tidak, maka itu tidak akan ku lakukan. Sampaikan salam dan maafku padanya," tukas Lisa dan segera masuk ke ruangan Chaeyoung.

Operasi akan dimulai satu jam lagi. Lalisa sedaritadi sangat gugup, takut dan cemas akan itu. Namun sebisa mungkin ia simpan sendiri dan berlagak baik-baik saja di hadapan Chaeyoung. Lalisa harus terlihat tegar dan kuat agar ia bisa memberikan kekuatan untuk wanita yang ia cintai itu.

Lisa masuk begitu saja meninggalkan Hanbin yang terdiam di tempat. Hanbin tahu, Lisa tidak mungkin pergi dari rumah sakit untuk Jennie. Saat ini, Jennie bukan lagi menjadi prioritas Lalisa.

Lalisa akan melakukan apapun untuk Chaeyoung sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Melihat Chaeyoung tumbuh dengan baik, tertawa bahagia akan menjadi kewajibannya mulai detik ini.

Menarik napas panjang sejenak sebelum memasuki kamar rawat Chaeyoung adalah hal yang berulang kali di lakukan oleh Lisa. Semua orang menatap ke arahnya begitu melihat Lisa masuk ke dalam kamar ini, tak terkecuali si gadis berambut pirang yang matanya memerah karena menangis.

Langkah Lalisa terasa berat kala menyadari calon kekasihnya tengah menangis dan kini memeluk ibunya. Lisa tidak tahu apakah ia bisa tegar di hadapan Chaeyoung jika gadis itu menangis seperti ini. Itu tentu membuat Lisa terluka sekaligus takut melihatnya.

Shuhua menguraikan pelukannya, ia melangkah ke samping guna memberi ruang untuk Lisa. Suasana sedang amat serius.

Tidak ada gurat tawa atau canda di dalam sana. Semuanya merasa tegang karena sebentar lagi, operasi transplantasi jantung Chaeyoung akan di laksanakan.

Jisoo, Hanbin dan yang lainnya turut hadir di ruang rawat Chaeyoung. Mereka ingin memberikan semangat untuk Chaeyoung. Paling tidak, agar Chaeyoung tahu bahwa ada banyak orang yang mengharapkan kesembuhannya. Ada banyak oranya yang menyayangi Chaeyoung, jadi ia harus sembuh.

Begitu tiba di hadapan Chaeyoung, Lalisa terkejut dengan pergerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh Chaeyoung. Gadis itu memeluk Lisa cepat dan semakin mengeratkan pelukannya. Chaeyoung menangis di dalam pelukan Lisa. Isakkan kecil mulai terdengar.

Lalisa yang tidak tahu mengapa wanita yang ia cintai ini menangis. Lalisa memberikan usapan lembut pada punggung Chaeyoung. Dan tampaknya, Lisa mengerti. Lisa tahu apa yang membuat Chaeyoung menangis seperti ini. Maka, semakin pula ia mengeratkan pelukannya.

Saat ini, Lalisa hanya ingin memberikan kekuatan untuk Chaeyoung. Tak bisa dipungkiri juga, Lisa juga ketakutan karena semua ini. Dua remaja itu sedang ketakutan dengan takdir apa yang akan terjadi ke depannya. Mereka tidak tahu. Apakah semuanya akan berjalan lancar sesuai dengan yang mereka semua harapkan, atau malah menjadi sebuah fakta buruk yang menakutkan.

"Jangan menangis. Semua akan baik-baik saja, kau akan baik-baik saja," ucap Lisa lirih.

"Lisa... terima kasih untuk semuanya. Terima kasih sudah mencintaiku dan hadir di hidupku. Thank You, Lalisa. Aku sangat mencintaimu lebih dari yang kau tahu, Li..." gumam Chaeyoung. Ia tak peduli jika di ruangan ini bukan hanya ada dirinya dan Lisa. Chaeyoung sama sekali tidak malu mengatakan itu di hadapan ibunya dan semuanya,

Kedua mata Lisa terpejam kuat. Air mata yang sedari tadi ia tahan harus tumpah begitu saja karena ucapan Chaeyoung yang membuat ia merasa bahwa gadis di pelukannya ini akan pergi jauh meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi. Lalisa kian merasa takut.

THANKYOU, LALISA (CHAELISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang