#5 Rencana Sengilhan

203 36 1
                                    

Pagi ini Zweitson sarapan bersama Ibu dan Fiki, sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Namun, Fiki sedari tadi terlihat selalu memegang ponselnya. Sesekali ia salah memasukan sendok ke dalam lubang hidungnya.

"Eh bongsor! Makan ya makan, jangan mainan hp! Bucin amat lu pacaran aja kerjanya!" kata Zweitson

"Eits anda salah ferguso! Gue lagi update berita yang lagi heboh-hebohnya di kampung ini," kata Fiki

"Tau apa kamu Fik, orang kamu aja baru tinggal disini," saut Ibu Naisa

"Bibi Nai yang cantik, sekarang itu ada yang namanya sosial media. Semuanya ada disana," kata Fiki. "Fiki nemu berita kalau tetangga kita si Deta itu bunuh keluarganya sendiri," lanjutnya

"Ngadi-ngadi lo! Mana mungkin Deta bunuh keluarganya sendiri," kata Zweitson namun setelah itu suara sirene ambulans melewati rumah mereka.

"Kaga percayaan aje lu!"

Mereka pergi ke depan rumahnya untuk memastikan perkataan Fiki. Dua buah ambulans dan sebuah mobil polisi dengan Deta di dalamnya melewati rumahnya. "Deta? Tapi kenapa? Gak mungkin!" batin Zweitson

Deta adalah teman masa kecil Zweitson. Memasuki masa SMA, mereka jadi jarang bermain bersama karena mereka memasuki sekolah yang berbeda. Deta jadi lebih sering bermain dengan teman-teman sekolahnya dan melupakan Zweitson.

Zweitson kembali masuk ke dalam rumah, meninggalkan Fiki yang masih kepo dengan apa yang terjadi. Tak lama Nino datang menjemput Fiki dan mereka pergi ke sekolah. Sementara Zweitson masih tidak percaya dengan apa yang Deta lakukan.

"Beneran Son?" tanya Ibu

"Iya Bu, tadi Zweitson lihat Deta di bawa polisi. Tapi Deta gak mungkin ngelakuin itu!"

"Mungkin aja, karena banyak yang bilang Deta udah berubah. Banyak yang lihat Deta bergaul sama anak-anak nakal dan ada kemungkinan dia pakai narkoba."

Mendengar hal itu menyadarkan Zweitson kalau ia sudah cukup lama tidak berkomunikasi lagi dengan Deta. Harusnya dia juga tidak meninggalkan Deta dengan pergaulannya yang seperti itu.

Melihat jam yang menunjukan pukul 07.00 membuat Zweitson mengabaikan pikirannya soal Deta dan berangkat ke sekolah.

─o─

Kelas XI IPA I kedatangan seorang murid baru bernama Beni. Dia murid yang cukup terkenal karena menjadi pemenang dari sebuah ajang perlombaan bergengsi sebuah stasiun televisi. Sebuah perlombaan yang mengandalkan kecerdasan otak dan IQ yang di miliki pesertanya.

Kedatangan Beni membuat posisi Fenly terancam. Bahkan pihak sekolah ingin mengganti perwakilannya untuk mengikuti lomba tingkat nasional itu, yang artinya belum tentu Fenly yang akan mewakili SMA Nusantara.

Beni menjadi rival baru Fenly, apalagi dengan sikap sombong dan angkuhnya yang membuat Fenly mendidih seketika.

"Katanya untuk lomba tingkat nasional, pihak sekolah mau ngadain test buat kita berdua. Gue gak sabar banget lihat kemampuan lo," kata Beni menepuk pundak Fenly

"Tetap gue yang akan mewakili SMA Nusantara. Lo cuma pendatang baru," kata Fenly

"Ciee takut tersingkir," ledek Beni

"KAGA!"

Beni tertawa melihat tingkah Fenly yang menurutnya tidak akan bisa mengalahkan kecerdasan dirinya. Melihat caranya mengerjakan soal matematika di kelas tadi saja mampu membuat Beni menganggap Fenly cukup bodoh. Sangat sombong.

Fenly pergi ke kelas. Di kelas hanya ada Ricky dan Zweitson sedang mengobrol tentang sesuatu. Mereka melihat Fenly yang masuk dengan nafas tak teratur kemudian membongkar tasnya asal.

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang