#45 Kenangan Masa Kecil Rezki

129 29 3
                                    

25 tahun yang lalu, bulan purnama nampak sama persis seperti malam ini. Sinarnya membuat Rezki mengingat kejadian itu, dimana adik dan ibunya meninggal dengan cara yang tidak bisa ia terima. Saat itu Rezki memandangi bulan purnama karena kagum dengan keindahannya.

Sementara adiknya dan ibunya sudah tertidur pulas di rumah sederhananya. Sangat sederhana. Atapnya terbuat dari seng-seng yang di temukan di sekitar tempat tinggalnya dan dindingnya terbuat dari tripleks. Rumahnya berdiri indah berdampingan dengan tumpukan-tumpukan sampah yang ada di sekitarnya.

Saat kembali ke rumahnya, sebuah buldoser tiba-tiba menghancurkan semua rumah yang ada disana. Beberapa tetangganya ada yang menangis dan memohon untuk tidak menghancurkan rumah mereka. Sementara Rezki khawatir kepada ibu dan adiknya.

Begitu sampai, ia mendapati rumahnya yang sudah hancur. Matanya tidak menangkap sosok adik maupun ibunya yang membuatnya semakin khawatir. Dia terus memanggil dan berlari kesana kemari, namun tidak ada jawaban yang ia dengar.

Rezki memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Sekali lagi ia meneriaki nama adik dan ibunya. Siapa tahu mereka ada di dalam sana, walau dalam lubuk hati terdalam Rezki tidak ingin itu terjadi.

"Niki!! Ibu!!"

"Re-Rezki..." lirih sang ibu. Rezki mendengarnya saat itu dan matanya langsung merah dan berair saat mengetahui sumber suaranya berasal dari reruntuhan rumahnya.

"Ibuu! Ibu dimana?"

"Re-Rezki..."

Saat di temukan, tubuh ibunya benar-benar mengkhawatirkan sementara adiknya sudah tidak bernafas lagi. Rezki bahkan tidak bisa menangis saat itu.

"Kamu harus bertahan ya, nak. Rezki harus jadi orang yang hebat di masa depan. Rezki harus berkeluarga dan menjaga mereka dengan baik yaa. Maaf Ibu udah gagal menjaga kalian."

Lalu hening. Tidak ada lagi suara ibu, nafas ibu dan detak jantung ibu. Ibu benar-benar pergi meninggalkan Rezki sendiri. Pemerintah tutup mata dengan kejadian itu sedangkan media tidak peduli, karena tidak ada seorang pun yang tertarik dengan kematian dua orang miskin itu.

Berminggu-minggu hingga berbulan-bulan Rezki menjadi gelandangan kota. Berjalan dari kota A ke kota B tanpa arah dan tujuan. Sampai akhirnya ia kembali ke kota Bukit Tinggi.

Menyadari keberadaannya, Rezki sadar dengan hidup seperti apa yang ia jalani sekarang. Dunia seperti apa yang ia tinggali dan orang-orang seperti apa yang akan ia temui. Segala sesuatu di dunia ini pasti ada sisi negatif dan positifnya. Dari pada ia harus melihat keduanya, dia memilih untuk melihat sisi positifnya saja.

Jadi dengan pemikiran itu ia bangkit. Memilih untuk tidak menyimpan dendam dan penyesalan. Menimbun banyak ingin dan impian serta rencana-rencana untuk mendapatkan keinginan itu.

Dan kini, Rezki ingin bersekolah. Namun ia tahu ia tidak punya uang untuk itu, bahkan untuk makan pun ia harus mengorek tong sampah. Jadi dia hanya pergi ke sekolah dan melihat betapa bahagianya mereka yang bisa bersekolah.

Tidak sengaja ia melihat seorang siswa menjadi sasaran bullying. Dia Dandi. Mata mereka sempat bertemu, tapi Rezki memilih untuk pura-pura tidak melihatnya. Bulyying termasuk ke dalam sisi negatif dunia, jadi dia tidak ingin melihatnya, apalagi terlibat.

Setelah beberapa menit, Rezki masih ada disana, sementara Dandi sudah berhasil lolos dari para pembulinya. Dandi menghampiri Rezki dengan tergesa-gesa sambil mengepalkan tangannya. Dia ingin marah kepada Rezki, kenapa dia tidak menolongnya saat itu.

"Bukan manusia ya?! Kenapa diam aja waktu lihat aku di bully? Bantu panggil siapa kek gitu! Gara-gara kamu uang jajanku ludes!"

"Anggap saja aku ini angin yang kebetulan lewat. Memang takdirnya uang jajanmu ludes. Itu bukan karena aku."

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang