#23 Rencana Dinosaurus

175 36 9
                                    

Zweitson dan Fiki berakhir di gedung olahraga setelah tadi melarikan diri dari UKS tanpa permisi. Sesampainya di gedung olahraga, mereka menelepon Fenly yang hari itu meminta ijin untuk sekolah setengah hari karena harus bersaksi di pengadilan.

"Apa katanya?" tanya Fiki

"Mampir ke Farhan dulu."

"Suruh buruan kesini! Kita harus menyelesaikan misi selanjutnya."

"Drama lo!"

"Biarin! Lagian ni ya, hidup itu layaknya panggung opera dengan tokoh yang sengaja gak diberikan naskah."

"Serah lo dah!"

"Kalian tuh gak capek apa berantem mulu?" kata Ruru. Entah mengapa ia bisa ada disana. Padahal Zweitson meninggalkannya di dalam kelas.

"Loh kok Ru─" Zweitson menyadari sesuatu. Fiki belum tahu tentang mereka. Ruru juga seketika mematung setelah menyadari kesalahannya.

Fiki pun tidak mau kalah. Dia sudah persis seperti manekin di mall atau butik. Hanya bola matanya yang bergerak ke kanan dan kiri, melihat Zweitson dan Ruru secara bergantian. Lalu secara tiba-tiba Bubu jatuh di atas kepala Fiki setelah sebelumnya ia bergelantungan di ring basket.

Hal itu sukses membuat Fiki berteriak histeris lalu berlari menjauhi mereka. Sekitar 10 meter dari keberadaan Zweitson, Ruru dan Bubu. Ia tidak mau energinya di serap oleh dua makhluk asing yang ia anggap alien itu dan menjadi cupu seperti Zweitson. Zweitson praktis menghela nafas.

Zweitson menjelaskan sebatas yang ia tahu. Fiki yang mengetahui fakta yang terlalu fana ini hanya tertawa garing. Ia sama sekali tidak percaya hal sefana ini terjadi di dunia nyata. Meskipun ia suka menonton film/drama, ia masih waras untuk tidak berpikir bahwa hal seperti itu bisa terjadi di dunia nyata. Dan kini dirinya mungkin benar-benar tidak waras. Gak sadar aja emang dari awal udah gila.

"Jadi Ricky sama lo duluan yang tau soal ini?" Fiki menunjuk Ruru dan Bubu

"Yup, di hari dan waktu yang nyaris sama. Hari ulang tahun gue dan hari dimana dia pergi," kata Zweitson mendadak sendu.

Kini Fiki menyadari bahwa hadiah paling mengejutkan untuk Zweitson bukannya Bubu dan Ruru, tapi kepergian Ricky yang secara tiba-tiba. Sangat mengejutkan.

Bubu dan Ruru tidak ikut dalam perbincangan itu karena sibuk bermain di gedung olahraga ini. Entah apa yang mereka mainkan hingga berlari-lari mengitari gedung ini, lebih tepatnya di area lapangan basket.

Kemudian suara langkah kaki dari luar membuat mereka lari terbirit-birit mencari tempat sembunyi. Itu Fenly, dia datang sambil membawa sekantong plastik berisi makanan kesukaan Fiki. Gelarnya sebagai guru harus dimanfaatkan sebelum ia pergi bukan?

"Maaf ya Fen, adek sepupu gue ngerepotin," kata Zweitson

"Gapapa kok, sekalian juga."

"Guru! Gue guru ya disini!"

"Mana ada guru akhlakless kayak lo!"

"Udah ah gak usah berantem! Jadi kita mau ngomongin apa untuk misi selanjutnya?"

Mereka memberi tahu informasi yang baru mereka dapatkan kepada Fenly. Mendengar nama Fauzan, telinganya merasa tidak asing dengan nama itu. Dimana ia pernah mendengar namanya?

Fenly berusaha mengingat sampai sebuah berkas di kantor ayahnya terlintas di kepalanya. Ia bukannya pernah mendengar, tapi pernah melihat nama itu di ruang kerja ayahnya.

"Apa urusannya bokap lo sama Kak Fauzan?" tanya Fiki

"Mungkin karena mereka ada di bidang kerja yang sama. Kak Fauzan-polisi, Papa-jaksa."

SONBU || Zweitson UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang